Kamu mungkin sudah tidak asing dengan lengkuas atau Alpinia galanga, rempah serbaguna yang menjadi bumbu wajib dalam masakan Nusantara. Selain untuk kuliner, manfaat lengkuas untuk kesehatan sudah diakui sejak lama dalam pengobatan tradisional. Banyak orang kemudian mengolahnya menjadi air rebusan lengkuas untuk mengobati berbagai kondisi, dari sakit perut hingga meningkatkan kesuburan pria. Namun, di balik segudang khasiatnya, pertanyaan penting yang sering terlupakan adalah: apa efek samping minum air rebusan lengkuas secara berlebihan?
Dalam dunia pengobatan, lengkuas mengandung senyawa aktifnya yang powerful, seperti galangin, flavonoid, dan minyak atsiri. Senyawa-senyawa inilah yang memberikan sifat antiinflamasi, antioxidant, dan analgesik yang telah dilaporkan oleh banyak sumber terpercaya seperti Healthline. Penggunaan lengkuas untuk pengobatan tradisional biasanya dilakukan dengan cara merebus rimpangnya dan meminum air rebusan lengkuas tersebut.
5 Efek Samping Minum Air Rebusan Lengkuas yang Perlu Diwaspadai
Konsumsi berlebihan adalah pintu gerbang utama menuju efek samping. Penelitian pada hewan, seperti yang disebutkan dalam artikel Kompas.id, menemukan bahwa dosis sangat tinggi (2.000 mg per kg berat badan) dapat menimbulkan efek serius. Berikut adalah bahaya air rebusan lengkuas yang patut di antisipasi:
1. Interaksi dengan Obat-Obatan (Efek Samping Paling Kritis)
Ini adalah efek samping minum air rebusan lengkuas yang paling berbahaya dan sering tidak disadari. Lengkuas dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat resep, yang justru dapat menggagalkan proses pengobatan atau bahkan memperparah kondisi.
- Lengkuas memiliki sifat yang dapat meningkatkan produksi asam lambung. Sementara itu, antasida bekerja dengan cara menetralkan atau mengurangi asam lambung. Jika dikonsumsi bersamaan, air rebusan lengkuas akan mengurangi efektivitas obat antasida, sehingga pengobatan untuk GERD atau maag menjadi tidak optimal.
- Bila mengonsumsi obat seperti warfarin atau aspirin, berhati-hatilah. Sifat tertentu dalam lengkuas dapat meningkatkan risiko pendarahan karena berpotensi mengencerkan darah lebih lanjut.
- Lengkuas dapat mempengaruhi kadar gula darah dan tekanan darah. Mengonsumsinya bersamaan dengan obat-obatan untuk kondisi ini dapat mengganggu kestabilan yang dicapai melalui pengobatan medis, membuat kadar gula atau tekanan darah menjadi terlalu rendah.
Rekomendasi, selalu beri jarak minimal 2-4 jam antara konsumsi air rebusan lengkuas dan obat-obata, namun yang terbaik adalah berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
2. Gangguan pada Sistem Pencernaan
Ironis, bukan? Rempah yang sering diandalkan untuk mengobati sakit perut justru bisa menjadi biang keladinya jika dikonsumsi berlebihan. Efek samping lengkuas pada pencernaan ini terutama rentan dialami oleh mereka yang memiliki lambung sensitif atau riwayat maag.
Gejala yang mungkin timbul meliputi:
- Iritasi lambung dan rasa tidak nyaman di perut.
- Kembung dan produksi gas berlebih.
- Diare, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Mekanisme kerja senyawa aktif yang kuat dalam lengkuas dapat mengiritasi dinding lambung jika kadarnya terlalu tinggi. Oleh karena itu, moderasi adalah kunci utama.
3. Menimbulkan Reaksi Alergi
Meski jarang, beberapa individu mungkin mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi air rebusan lengkuas. Risiko ini lebih tinggi pada orang yang juga memiliki alergi terhadap tanaman dari keluarga Zingiberaceae lainnya, seperti jahe.
Gejala alergi dapat bervariasi, dari ringan hingga parah:
- Gejala ringan seperti ruam pada kulit, gatal-gatal (urtikaria), kemerahan.
- Gejala parah seperti pembengkakan pada bibir atau lidah, kesulitan bernapas, dan syok anafilaksis yang mengancam jiwa.
Jika Anda mendapati gejala-gejala tersebut setelah minum air rebusan lengkuas, segera hentikan konsumsi dan cari pertolongan medis.
4. Penurunan Nafsu Makan dan Efek Lainnya
Pada beberapa orang, konsumsi lengkuas berlebihan justru dapat menyebabkan penurunan nafsu makan. Efek ini mungkin diinginkan oleh sebagian orang, tetapi bisa menjadi masalah bagi mereka yang memiliki kondisi tertentu atau membutuhkan asupan nutrisi yang cukup.
Selain itu, dalam dosis yang sangat ekstrem (seperti yang ditemukan dalam penelitian pada hewan), efek samping yang lebih serius seperti penurunan energi drastis, hingga koma dapat terjadi. Meski kasusnya sangat langka pada manusia, temuan ini menggarisbawahi pentingnya menghindari konsumsi dalam dosis yang tidak wajar.
5. Potensi Toksisitas pada Dosis Sangat Tinggi
Seperti halnya sebagian besar zat, prinsip “dosis membuat racun” berlaku untuk lengkuas. Laporan dari Healthline dan sumber lainnya menunjukkan bahwa konsumsi lengkuas dosis tinggi dalam jangka panjang dapat memicu efek toksik. Meski penelitian pada manusia masih terbatas, temuan pada hewan memberikan peringatan yang jelas untuk tidak sembarangan mengonsumsinya dalam jumlah besar tanpa pengawasan ahli.
Lalu, Bagaimana Cara Minum Air Rebusan Lengkuas yang Aman?
Setelah mengetahui berbagai risikonya, jangan langsung kapok. Kamu tetap bisa mendapatkan khasiat air rebusan lengkuas dengan menerapkan panduan konsumsi yang aman berikut ini:
- Langkah pertama dan terpenting, bila memiliki kondisi medis tertentu (seperti diabetes, hipertensi, gangguan lambung, atau gangguan darah) atau sedang mengonsumsi obat-obatan, konsultasikan dengan dokter sebelum mulai mengonsumsi air rebusan lengkuas untuk pengobatan.
- Konsumsilah dalam jumlah sedang. Rekomendasi umum untuk penggunaan tradisional adalah menggunakan sekitar 2-3 cm ruas lengkuas yang sudah diparut atau dimemarkan, lalu diseduh dengan satu gelas air panas. Konsumsi cukup 1-2 kali sehari.
- Kenali kondisi tubuh, bila muncul rasa tidak nyaman di perut atau gejala lainnya, segera hentikan.
- Ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak sebaiknya menghindari konsumsi air rebusan lengkuas dalam jumlah obat karena belum ada data keamanan yang cukup untuk kelompok ini.
Kesimpulannya, lengkuas ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, ia menawarkan segudang manfaat bagi kesehatan, tetapi di sisi lain, ia menyimpan potensi efek samping yang tidak bisa dianggap sepele, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan dan tanpa pemahaman yang tepat. Kunci untuk memanfaatkannya dengan baik terletak pada prinsip kehati-hatian, kesadaran akan kondisi tubuh sendiri, dan konsultasi dengan tenaga profesional.
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan (FAQ)
1. Apa benar lengkuas bisa menyebabkan halusinasi?
Dalam laporan pada dosis yang sangat tinggi dan ekstrem (biasanya dari penelitian pada hewan), lengkuas dilaporkan dapat menyebabkan efek neurotoksisitas, salah satunya halusinasi. Namun, efek ini sangat jarang terjadi pada konsumsi dalam takaran normal dan wajar.
2. Siapa saja yang tidak boleh minum air rebusan lengkuas?
Kelompok yang sebaiknya menghindari atau sangat berhati-hati adalah:
- Orang yang sedang mengonsumsi obat pengencer darah, antasida, obat diabetes, dan obat hipertensi.
- Penderita gangguan lambung (maag/GERD) yang sensitif.
- Orang dengan alergi terhadap jahe atau lengkuas.
- Ibu hamil dan menyusui (konsultasi dokter wajib dilakukan).
3. Berapa takaran aman minum air rebusan lengkuas per hari?
Takaran aman yang umum dianjurkan dalam pengobatan tradisional adalah sekitar 2-3 cm ruas lengkuas yang diseduh atau direbus, dan dikonsumsi maksimal 1-2 gelas per hari.
4. Bagaimana cara membedakan efek samping dan reaksi normal tubuh?
Rasa hangat di perut setelah minum adalah normal. Namun, jika muncul gejala seperti mual nyata, kram perut, diare, ruam gatal, atau sesak napas, itu adalah tanda efek samping atau alergi yang harus dihentikan.
5. Apakah efek samping lengkuas sama dengan jahe?
Secara umum mirip karena mereka satu keluarga, seperti potensi iritasi lambung dan interaksi dengan pengencer darah. Namun, intensitas dan komponen spesifiknya bisa berbeda. Jahe mungkin lebih umum menyebabkan heartburn, sementara efek lengkuas pada dosis tinggi lebih ekstrem berdasarkan studi pada hewan.
Referensi
- Oonmetta-aree, J., Suzuki, T., Gasaluck, P., & Eumkeb, G. (2006). Antimicrobial properties and action of galangal (Alpinia galanga Linn.) on Staphylococcus aureus. LWT – Food Science and Technology, 39(10), 1214–1220. https://doi.org/10.1016/j.lwt.2005.06.015
- Shin, D., Kinoshita, K., Koyama, K., & Takahashi, K. (2002). Antiemetic principles of Alpinia galanga. Journal of Natural Products, 65(9), 1315–1318. https://doi.org/10.1021/np020099i
- Matsuda, H., Pongpiriyadacha, Y., Morikawa, T., Ochi, M., & Yoshikawa, M. (2003). Gastroprotective effects of phenylpropanoids from the rhizomes of Alpinia galanga in rats: Structural requirements and mode of action. European Journal of Pharmacology, 471(1), 59–67. https://doi.org/10.1016/S0014-2999(03)01785-0
- Qader, S. W., Abdulla, M. A., Chua, L. S., Najim, N., Zain, M. M., & Hamdan, S. (2011). Antioxidant, total phenolic content and cytotoxicity evaluation of selected Malaysian plants. Molecules, 16(4), 3433–3443. https://doi.org/10.3390/molecules16043433




