Brand Image Adalah: Pengertian, Tujuan, Indikator, dan Contoh

Brand Image

Brand Image

Brand image merupakan salah satu aset tak berwujud yang paling berharga bagi suatu perusahaan. Ini bukan hanya tentang bagaimana merek terlihat oleh dunia luar, tetapi juga tentang bagaimana merek tersebut diterima dan dipahami oleh konsumen.

Apa Itu Brand Image?

Brand Image

Brand image atau citra merek adalah persepsi dan kesan yang dimiliki oleh konsumen atau audiens terhadap suatu merek. Ini mencakup keyakinan, nilai, dan asosiasi yang terbentuk dalam pikiran konsumen ketika mereka berinteraksi dengan merek tersebut. citra merek mencerminkan bagaimana konsumen melihat, merasakan, dan berinteraksi dengan merek tersebut.

Menurut Freddy Rangkuti (2009:90) brand image atau citra merek adalah persepsi yang dikaitkan dengan merek yang melekat dalam ingatan konsumen. Berbagai alat pemasaran dapat digunakan untuk menciptakan citra merek, seperti produk itu sendiri, kemasan atau label, nama merek, logo, warna yang digunakan, titik promosi pembelian, pengecer, iklan, dan segala jenis promosi lainnya, harga, pemilik merek, negara asal, bahkan target pasar dan pengguna produk.

Perbedaan Brand Image dan Brand Awereness

Brand image dan brand awareness adalah dua konsep yang berbeda dalam proses branding bisnis. Meskipun keduanya berkaitan dengan citra merek, namun memiliki perbedaan dalam pengertian dan fungsinya.

Menurut Freddy Rangkuti (2009:90) Citra Merek (brand image) adalah persepsi merek yang dihubungkan dengan asosiasi merek yang melekat dalam ingatan konsumen. Beberapa alat pemasaran yang dapat digunakan untuk menciptakan citra merek adalah produk itu sendiri, kemasan/label, nama merek, logo, warna yang digunakan, titik promosi pembelian, pengecer, iklan dan semua jenis promosi lainnya, harga, pemilik merek, negara asal, bahkan target pasar dan pengguna produk.

Brand image menggambarkan persepsi atau kesan yang dibentuk di benak pelanggan terhadap suatu merek atau bisnis. Citra merek mencakup citra positif atau negatif yang terbentuk di benak pelanggan, seperti kualitas produk atau jasa, reputasi merek, dan pengalaman pelanggan. Citra merek lebih terfokus pada bagaimana pelanggan melihat merek atau bisnis tersebut.

Sementara itu, brand awareness adalah tingkat kesadaran atau pengetahuan pelanggan terhadap suatu merek atau bisnis. Brand awareness mencakup sejauh mana pelanggan mengenal merek atau bisnis tersebut dan apa yang merek atau bisnis tersebut tawarkan. Brand awareness lebih terfokus pada seberapa dikenal suatu merek atau bisnis di kalangan pelanggan.

Perbedaan utama antara brand image dan brand awareness terletak pada fokusnya. Citra merek lebih terfokus pada citra merek di mata pelanggan, sedangkan brand awareness lebih terfokus pada tingkat kesadaran atau pengetahuan pelanggan terhadap merek atau bisnis tersebut.

Namun, keduanya memiliki peran penting dalam proses branding bisnis. Dalam membangun merek yang kuat dan berhasil, bisnis harus memperhatikan dan membangun keduanya secara seimbang. Dengan meningkatkan citra merek, bisnis dapat membentuk persepsi positif di mata pelanggan dan membedakan merek dari pesaing. Sementara itu, dengan meningkatkan brand awareness, bisnis dapat meningkatkan.

Tujuan Brand Image Terhadap Bisnis

Berikut ini tujuan dan fungsi dari brand image terhadap bisnis.

1. Memperkuat Misi Bisnis

Citra merek berperan penting dalam memperkuat positioning dari misi bisnis yang ingin dicapai. Citra merek mencerminkan tujuan bisnis dan alasan mengapa bisnis tersebut hadir, yang menjadi dasar daya tarik orang terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.

Dengan mempercayai merek yang mencerminkan kepribadian dan identitas bisnis, citra merek yang terbentuk akan selaras dengan misi bisnis yang dicanangkan. Hal ini memungkinkan komunikasi yang efektif mengenai tujuan bisnis kepada orang lain.

2. Menghadirkan Representasi Bisnis

Citra merek merupakan representasi keseluruhan bisnis. Hal ini tercermin dalam kemasan produk, situs web, toko/fasilitas ritel, media sosial, dan interaksi dengan pelanggan. Melalui citra merek, bisnis menceritakan cerita yang melibatkan riset audiens dan pengembangan citra merek yang tepat.

3. Menciptakan Loyalitas Konsumen

Citra merek juga berperan dalam menciptakan loyalitas konsumen. Dengan misi, tujuan, keunggulan, dan representasi bisnis yang ditawarkan melalui citra merek, diharapkan audiens dapat memiliki kepercayaan penuh terhadap merek tersebut.

Indikator Brand Image

Untuk menilai sejauh mana produk dipahami dan diterima oleh khalayak, terdapat suatu indikator yang dikenal sebagai brand image. Biel (2004) mengidentifikasi 3 indikator utama yang membentuk citra merek:

1. Citra Perusahaan

Citra perusahaan, atau citra korporat, merujuk pada citra yang terbentuk di dalam perusahaan atau asosiasi untuk membangun reputasi, yang sangat mempengaruhi keputusan pembelian khalayak atau konsumen sebelum mereka memilih produk.

2. Citra Produk

Citra produk mengacu pada persepsi yang terkait dengan suatu produk, termasuk atribut produk, manfaat, dan nilai bagi konsumen, serta kepercayaan yang diberikan kepada produk tersebut. Tanpa citra produk yang positif dan kuat, suatu perusahaan akan kesulitan menarik konsumen baru atau mempertahankan pasar yang sudah ada.

Jika citra produk tidak sesuai dengan kebutuhan atau keinginan konsumen, bukan hanya akan mengakibatkan kehilangan konsumen, tetapi juga menurunkan minat calon konsumen untuk membeli produk.

3. Citra Pengguna

Citra pengguna mencerminkan persepsi individu yang menggunakan produk berdasarkan karakteristik pribadi, status sosial, gaya hidup, dan faktor lainnya. Misalnya, konsumen dengan gaya hidup modern dan mewah cenderung memilih produk dengan desain yang sesuai dengan gaya hidup mereka.

Contoh Brand Image

Ada dua contoh yang bisa kita pelajari tentang brand image yang sejalan dan tidak sejalan dengan brand identity.

1. Brand Image yang Sejalan dengan Brand Identity

Citra merek yang sejalan dengan brand identity menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memberikan pelayanan terbaik yang sesuai dengan identitas mereknya. Ini bukan hanya tentang memiliki slogan yang bagus atau terlihat baik, tetapi tentang tindakan nyata yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan seperti ini biasanya lebih diminati oleh masyarakat.

Meskipun produk yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik, pelanggan bisa merasa kecewa jika pelayanan yang diberikan buruk. Hal ini dapat menghambat pencapaian penjualan dan bahkan merusak kredibilitas merek di mata masyarakat.

Contoh dari brand image yang sejalan dengan brand identity adalah Apple. Apple dikenal sebagai perusahaan yang menghasilkan produk-produk inovatif dengan desain yang elegan dan berkualitas tinggi. citra merek Apple sebagai perusahaan yang eksklusif, inovatif, dan berorientasi pada desain yang indah sejalan dengan brand identity mereka yang menempatkan kualitas, inovasi, dan keunggulan desain sebagai nilai inti.

Produk-produk Apple seperti iPhone, iPad, dan MacBook dikenal karena kualitasnya yang tinggi, desain yang elegan, serta inovasi teknologinya. Hal ini mencerminkan citra merek Apple sebagai pemimpin dalam industri teknologi yang selalu berusaha untuk memberikan pengalaman terbaik kepada konsumennya. Dengan demikian, citra merek Apple yang sejalan dengan brand identity telah membantu membangun loyalitas pelanggan yang kuat dan membuat Apple menjadi salah satu merek terkemuka di dunia.

2. Brand Image yang Tidak Sejalan dengan Brand Identity

Brand image yang tidak sejalan dengan brand identity menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak memenuhi ekspektasi kualitas yang seharusnya. Perusahaan seperti ini dianggap kurang dapat dipercaya oleh pelanggan. Testimoni pelanggan juga cenderung negatif. Jika situasi ini tidak segera diperbaiki, maka kredibilitas merek dan perusahaan akan semakin tergerus. Hal ini dapat berdampak negatif pada penjualan dan pendapatan perusahaan.

Contoh dari brand image yang tidak sejalan dengan brand identity adalah Volkswagen pada skandal emisi diesel. Sebagai salah satu produsen mobil terkemuka di dunia, Volkswagen memiliki brand identity yang menekankan inovasi, keandalan, dan kesadaran lingkungan. Namun, pada tahun 2015, terungkap bahwa Volkswagen telah memanipulasi hasil uji emisi pada beberapa model mobil diesel mereka.

Skandal ini sangat merusak brand image Volkswagen karena bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka promosikan. Masyarakat mulai melihat Volkswagen sebagai perusahaan yang tidak jujur, tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan, dan kurang dapat dipercaya. Hal ini berdampak negatif pada penjualan dan reputasi merek Volkswagen secara global.

Dengan demikian, kasus Volkswagen menjadi contoh nyata bagaimana brand image yang tidak sejalan dengan brand identity dapat merusak reputasi dan kepercayaan pelanggan terhadap sebuah merek.

Dengan memahami arti dan pentingnya brand image, serta cara membangunnya dengan baik, kita dapat membawa merek menuju kesuksesan yang lebih besar. Semoga informasi ini bermanfaat ya, terimakasih.

Baca juga:

Referensi

  1. Philip, L., & Pradiani, T. (2024). Influence Brand Experience, Viral Marketing and Brand Image to Brand Loyalty to Service Users Streaming Spotify in Indonesia. ADI Journal on Recent Innovation5(2), 127-135.
  2. Prayogo, A., Fauzi, A., Bagaskoro, D. S., Alamsyah, F. A., Tonda, F., Hafidzi, M. K., … & Wijaya, S. (2023). Pengaruh Brand Image, Viral Marketing dan Brand Awareness Terhadap Minat Beli Konsumen. Jurnal Ilmu Multidisplin1(4), 754-763.
  3. Bilgin, Y. (2018). The effect of social media marketing activities on brand awareness, brand image and brand loyalty. Business & management studies: an international journal6(1), 128-148.
  4. Alhaddad, A. (2015). Perceived quality, brand image and brand trust as determinants of brand loyalty. Journal of Research in Business and Management3(4), 01-08.
  5. Gul, M. S., Jan, F. A., Baloch, Q. B., Jan, M. F., & Jan, M. F. (2012). Brand image and brand loyalty. Abasyn Journal of Social Sciences3(1), 55-74.
  6. Ogba, I. E., & Tan, Z. (2009). Exploring the impact of brand image on customer loyalty and commitment in China. Journal of technology management in China4(2), 132-144.
Please follow and like bams:
Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
Copy link
URL has been copied successfully!
Scroll to Top