Dalam dunia seni bela diri, sabuk bukan hanya sekadar aksesori penahan baju seragam adalah simbol nyata dari perjalanan, dedikasi, dan tingkat keahlian seorang praktisi. Hal ini sangat kentara dalam Tarung Derajat, bela diri asli Indonesia yang lahir dari kerasnya jalanan Bandung. Sistem sabuk Tarung Derajat, yang dikenal dengan nama KURATA, menceritakan sebuah narasi tentang pertumbuhan, dari seorang pemula yang putih bersih hingga menjadi ahli yang disimbolkan dengan warna hitam.
Bagi para petarung atau petarung Derajat, sabuk adalah kebanggaan dan pengingat akan perjuangan mereka. Setiap warna yang melingkar di pinggang mereka merupakan bukti dari jam-jam latihan yang melelahkan, ujian yang dilalui, dan penguasaan teknik yang terus diasah. Mari kita selami lebih dalam arti dari setiap tingkatan sabuk dalam sistem KURATA ini.
Apa Itu KURATA?
Sebelum membahas warna, kita harus memahami akronim KURATA. Kata ini merupakan singkatan dari KUat, beRAni, TAngkas, dan TAngguh. Empat pilar inilah yang menjadi fondasi dari seluruh filosofi Tarung Derajat. Seorang petarung tidak hanya dituntut untuk kuat secara fisik, tetapi juga harus memiliki mental pemberani, kelincahan dalam bergerak, dan ketangguhan dalam menghadapi segala tantangan. Sistem sabuk dirancang untuk membentuk keempat karakter ini secara bertahap.
Urutan dan Makna Warna Sabuk Tarung Derajat

Sistem KURATA terdiri dari tujuh tingkat utama (Kurata I hingga VII), yang kemudian dilanjutkan dengan tingkat lanjutan yang disebut ZAT. Berikut adalah penjelasan detail setiap tingkatan beserta maknanya:
1. Kurata I: Sabuk Putih
Sabuk putih melambangkan awal yang suci dan murni. Seperti kertas kosong, seorang petarung pada tingkat ini baru memulai perjalanannya. Fokus utama adalah pada pengenalan dasar-dasar Tarung Derajat, seperti sikap kuda-kuda, pukulan, dan tendangan yang paling fundamental. Pikiran dan tubuh dilatih untuk menerima ilmu baru tanpa prasangka.
2. Kurata II: Sabuk Hijau Strip Satu
Hijau adalah warna pertumbuhan dan perkembangan. Dengan meraih sabuk hijau strip satu, petarung menunjukkan bahwa mereka telah mulai bertumbuh. Akar ilmu mereka mulai menancap, dan mereka mulai memahami aliran gerakan dasar dengan lebih baik. Strip satu menandakan langkah pertama dalam fase pertumbuhan ini.
3. Kurata III: Sabuk Hijau Strip Dua
Tingkat ini melanjutkan fase pertumbuhan. Sabuk hijau strip dua menandakan konsolidasi dari teknik-teknik yang telah dipelajari. Petarung mulai mengembangkan kecepatan dan ketepatan, dua dari lima unsur daya gerak Tarung Derajat.
4. Kurata IV: Sabuk Biru Strip Satu
Biru sering dikaitkan dengan langit dan lautan yang luas. Sabuk ini melambangkan perluasan wawasan dan pengetahuan. Petarung mulai mempelajari teknik-teknik yang lebih kompleks, mungkin mulai memasukkan unsur perpaduan antara pukulan, tangkisan, dan bantingan. Mereka diajak untuk melihat horizon keilmuan bela diri yang lebih luas.
5. Kurata V: Sabuk Biru Strip Dua
Pada tingkat ini, kedalaman pemahaman semakin ditekankan. Sabuk biru strip dua menandai periode di mana petarung tidak hanya mengetahui teknik, tetapi mulai memahami penerapannya dalam berbagai situasi. Refleksi dan penyempurnaan gerakan menjadi kunci.
6. Kurata VI: Sabuk Merah Strip Satu
Merah adalah warna energi, keberanian, dan peringatan. Sabuk ini menandakan bahwa petarung telah memiliki keahlian yang signifikan dan harus disertai dengan tanggung jawab moral yang besar. Unsur keberanian dan kekuatan benar-benar diuji di sini. Teknik-teknik yang dipelajari sering kali lebih berbahaya dan membutuhkan kematangan emosi.
7. Kurata VII: Sabuk Merah Strip Dua
Ini adalah puncak dari sistem KURATA. Sabuk merah strip dua melambangkan seorang petarung yang hampir menyelesaikan kurikulum inti Tarung Derajat. Mereka telah menguasai sebagian besar teknik dan memiliki fisik serta mental yang teruji. Mereka berada di ambang pintu menuju tingkat master.
Tingkat Master: ZAT dan Sabuk Hitam
Setelah melalui ketujuh tingkatan KURATA, perjalanan belum berakhir. Tingkat lanjutan dalam olahraga bela diri Tarung Derajat disebut ZAT, yang ditandai dengan penggunaan sabuk hitam.
Sabuk hitam melambangkan penyatuan dari semua warna. Seorang yang menyandangnya dianggap telah menguasai seluruh teknik dasar dan lanjutan. Namun, lebih dari itu, sabuk hitam menandakan awal dari perjalanan belajar yang baru—sebuah perjalanan untuk lebih mendalami filosofi, mengajar, dan memberikan kontribusi kembali kepada komunitas Tarung Derajat. Seorang pemegang sabuk hitam adalah teladan dari sikap kuat, berani, tangkas, dan tangguh.
Proses Ujian Kenaikan Tingkat
Perpindahan dari satu sabuk ke sabuk lainnya tidak terjadi secara otomatis. Semua calon petarung harus melalui ujian kenaikan sabuk yang ketat. Ujian ini tidak hanya mengevaluasi penguasaan teknik (teknik dasar) dan kondisi fisik (kekuatan, kecepatan, ketepatan), tetapi juga menguji aspek keuletan dan keberanian. Ujian untuk tingkat pelatih bahkan lebih ketat lagi, menuntut standar penguasaan materi dan kebugaran yang sangat tinggi. Proses ini memastikan bahwa setiap tingkatan yang dicapai sahih dan penuh makna.
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan (FAQ)
1. Apa kepanjangan dari KURATA dalam Tarung Derajat?
KURATA adalah singkatan dari KUat, beRAni, TAngkas, dan TAngguh. Empat sikap ini menjadi fondasi filosofi dari seluruh sistem tingkatan dalam Tarung Derajat.
2. Berapa jumlah total tingkatan sabuk (KURATA) dalam Tarung Derajat?
Terdapat tujuh tingkatan utama dalam KURATA (I hingga VII), yang kemudian dilanjutkan dengan tingkat master yang disebut ZAT, dengan sabuk hitam.
3. Apa warna sabuk untuk tingkat pemula (Kurata I) dan tingkat master (ZAT)?
- Tingkat Pemula (Kurata I):Â Sabuk Putih.
- Tingkat Master (ZAT):Â Sabuk Hitam.
4. Kapan Tarung Derajat resmi diakui oleh KONI?
Tarung Derajat resmi menjadi anggota ke-53 Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pada tahun 1998, dan sejak itu dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON).
5. Apa tujuan diadakan ujian kenaikan sabuk?
Ujian kenaikan sabuk bertujuan untuk mengevaluasi penguasaan teknik, menguji kebugaran fisik dan kekuatan, serta menjaga nilai-nilai persaudaraan di antara para petarung. Ujian ini memastikan bahwa kenaikan tingkat dilakukan secara sah dan penuh makna.




