30+ Contoh Bhineka Tunggal Ika dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh Bhineka Tunggal Ika

Contoh Bhineka Tunggal Ika bukan sekadar teori di buku pelajaran, melainkan nafas keseharian kita sebagai bangsa Indonesia. Semboyan “Berbeda-beda tetapi tetap satu” yang terpampang pada kaki Lambang Negara Garuda Pancasila ini adalah janji kesatuan di tengah gelimang perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Konsep yang bermula dari kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular di abad ke-14 ini telah berevolusi menjadi fondasi ideologi bangsa, pilar utama dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tengah tantangan global.

30+ Contoh Bhineka Tunggal Ika dalam Kehidupan Sehari-hari

Berikut adalah wujud nyata penerapan semboyan kebangsaan kita, yang bisa dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat.

A. Dalam Lingkungan Keluarga dan Pertemanan

  1. Berteman Tanpa Batas SARA: Memiliki lingkaran pertemanan yang beragam latar belakang suku dan agama, serta menjalin silaturahmi yang tulus.
  2. Menghormati Ritual Ibadah Teman: Tidak mengganggu atau meremehkan ketika teman yang berbeda agama sedang beribadah, bahkan memberinya ruang dan waktu.
  3. Mempelajari Bahasa Daerah Lain: Mencoba belajar percakapan dasar bahasa daerah sahabat (misalnya, belajar Bahasa Jawa, Batak, Sunda, atau Bugis) sebagai bentuk apresiasi.
  4. Saling Berbagi Makanan Khas Daerah: Membawa dan memperkenalkan makanan tradisional daerah masing-masing dalam acara kumpul-kumpul.
  5. Menjenguk dan Mendoakan: Ketika teman atau tetangga yang berbeda keyakinan sedang sakit, menjenguknya dengan tulus dan mendoakannya sesuai cara kita, tanpa memaksakan keyakinan.

B. Dalam Lingkungan Sekolah dan Kampus

  1. Proyek Kelompok yang Inklusif: Dalam pembagian tugas kelompok, memastikan semua anggota dari latar belakang berbeda terlibat aktif dan didengar pendapatnya.
  2. Merayakan Keberagaman dalam Acara Sekolah: Menyelenggarakan festival budaya di mana setiap kelas/kelompok menampilkan seni, pakaian adat, dan kuliner dari daerah yang berbeda-beda.
  3. Bersikap Tegas Melawan Bullying SARA: Tidak berdiam diri ketika melihat perundungan (bullying) yang dilatarbelakangi oleh isu suku, agama, atau fisik. Melaporkan pada guru atau pihak berwenang.
  4. Menggunakan Bahasa Indonesia yang Baik sebagai Pemersatu: Meskipun menggunakan bahasa daerah dengan teman sebuda, tetap mengutamakan Bahasa Indonesia dalam diskusi formal di kelas untuk memastikan semua pihak paham.
  5. Studi Tour ke Tempat Ibadah Berbeda: Sekolah mengadakan kunjungan edukatif ke masjid, gereja, pura, vihara, dan kelenteng untuk memahami keragaman ritual keagamaan di Indonesia.

C. Dalam Lingkungan Masyarakat dan Bermasyarakat

  1. Gotong Royong Membersihkan Lingkungan: Terlibat aktif dalam kerja bakti membersihkan selokan, lapangan, atau tempat ibadah umum tanpa memandang berasal dari RT mana atau beragama apa.
  2. Menjaga Keamanan Bersama saat Pos Ronda: Ikut serta dalam sistem keamanan lingkungan (siskamling) dengan sukarela, melindungi seluruh warga tanpa kecuali.
  3. Bantu Tetangga yang Kena Musibah: Segera turun tangan memberikan bantuan, baik tenaga maupun materi, ketika tetangga yang berbeda keyakinan terkena musibah seperti kebakaran atau kematian.
  4. Menghadiri Undangan Perayaan: Menghadiri acara syukuran, pernikahan, atau khitanan tetangga dengan tulus, meskipun ritualnya berbeda dengan keyakinan kita.
  5. Membeli Produk UMKM Lokal: Mendukung perekonomian warga sekitar dengan membeli kerajinan tangan, makanan, atau jasa dari pelaku usaha mikro tanpa membeda-bedakan asal usulnya.

D. Dalam Ruang Digital dan Media Sosial

  1. Menyebarkan Konten Positif tentang Keragaman: Membagikan cerita inspiratif tentang toleransi, keindahan budaya daerah, atau prestasi anak bangsa dari berbagai latar belakang.
  2. Menjadi Filter terhadap Hoax dan Ujaran Kebencian: Tidak serta-merta membagikan konten yang menyinggung SARA. Melakukan cross-check dan melaporkan (report) konten yang berpotensi memecah belah.
  3. Berdebat dengan Etika di Kolom Komentar: Menyampaikan perbedaan pendapat dalam diskusi online dengan santun, berargumen dengan data, dan menghindari kata-kata provokatif bernuansa SARA.
  4. Mengikuti Akun-akun yang Promosikan Kebhinekaan: Mengisi feed media sosial dengan akun-akun edukatif yang mengangkat nilai pluralismeinklusi sosial, dan sejarah nasionalisme Indonesia.
  5. Membuat Konten Kreatif Bertema Persatuan: Memanfaatkan platform seperti TikTok, Instagram, atau YouTube untuk membuat video pendek, podcast, atau tulisan yang mengajak pada kesatuan bangsa.

E. Dalam Konteks Berbangsa dan Bernegara

  1. Menghormati Simbol-simbol Negara: Mengibarkan bendera Merah Putih dengan khidmat pada hari besar nasional, menyanyikan Indonesia Raya dengan sungguh-sungguh, dan menghormati Lambang Garuda.
  2. Patuh pada Hukum yang Berlaku: Menaati semua peraturan hukum nasional, seperti membayar pajak dan menjaga ketertiban umum, yang dibuat untuk melindungi seluruh rakyat Indonesia tanpa diskriminasi.
  3. Bijak dalam Menyikapi Perbedaan Politik: Tidak memutus hubungan pertemanan atau keluarga hanya karena berbeda pilihan politik. Menghargai perbedaan pendapat sebagai bagian dari demokrasi.
  4. Berpartisipasi Aktif dalam Pemilu: Menggunakan hak pilih dengan cerdas untuk memilih pemimpin yang dianggap mampu menjaga persatuan bangsa dan keadilan bagi semua golongan.
  5. Mencintai dan Menggunakan Produk Dalam Negeri: Prioritaskan membeli produk buatan Indonesia (Proudly Made in Indonesia) untuk menggerakkan roda ekonomi bangsa sendiri.

F. Dalam Pelestarian Budaya dan Seni

  1. Mengenakan Pakaian Adat pada Momen Tertentu: Dengan bangga memakai baju tradisional (seperti kebaya, batik, ulos, atau baju bodo) pada pernikahan, acara resmi, atau hari besar nasional.
  2. Menonton Pertunjukan Kesenian Daerah Lain: Menghadiri pagelaran wayang kulit, tari Saman, musik Keroncong, atau teater tradisional dari daerah lain.
  3. Belajar Tarian atau Lagu Daerah Lain: Mengikuti kursus atau workshop singkat untuk bisa menarikan tari Piring dari Sumatra Barat atau menyanyikan lagu daerah Papua.
  4. Berkunjung ke Museum dan Situs Budaya: Menjelajahi museum nasional dan daerah serta situs sejarah untuk memahami panjangnya perjalanan bangsa Indonesia yang multikultur.
  5. Tidak Melakukan Cultural Appropriation yang Menghina: Menikmati dan mengapresiasi budaya daerah lain dengan sikap hormat, bukan menirunya secara sembarangan atau untuk bahan lelucon yang merendahkan.

Tantangan dan Hambatan dalam Menerapkan Bhineka Tunggal Ika

Meski mulia, penerapan prinsip persatuan ini tidak lepas dari tantangan. Beberapa hambatan yang sering muncul antara lain: ego sektoral dan primordialisme, yaitu kecintaan berlebihan pada kelompok, suku, atau agama sendiri yang menutup mata pada kelebihan kelompok lain. Selanjutnya, ada penyebaran konten provokatif di media sosial berupa ujaran kebencian dan hoaks bernuansa SARA yang cepat viral dan menyulut emosi. Tantangan lain berasal dari kurangnya pemahaman sejarah yang komprehensif di kalangan generasi muda mengenai perjuangan berat para pendiri bangsa dalam merajut kesatuan nasional. Ketimpangan ekonomi dan sosial juga menjadi penghambat, karena kesenjangan ini sering kali disalahartikan sebagai bentuk diskriminasi oleh kelompok tertentu. Terakhir, pendidikan multikultural yang masih minim, di mana kurikulum dan metode pengajaran di sekolah belum optimal menanamkan nilai toleransi aktif, turut memperlemah fondasi penerapan Bhinneka Tunggal Ika.

Bagaimana Kita Bisa Berkontribusi? Strategi Memperkuat Bhineka Tunggal Ika

Kita semua bisa menjadi agen pemersatu. Berikut langkah mitigasi yang bisa dilakukan:

  • Tanamkan nilai menghargai perbedaan sejak dini dalam lingkup keluarga.
  • Terus belajar tentang budaya dan keyakinan lain dari sumber yang terpercaya, bukan dari stereotip.
  • Ciptakan ruang aman untuk berdiskusi dan berbagi cerita dengan orang dari latar belakang berbeda.
  • Dukung pemerintah dan organisasi masyarakat yang aktif mempromosikan kerukunan umat beragama dan keadilan sosial.
  • Kritis terhadap isu-isu yang berpotensi memecah belah, tetapi sampaikan dengan bijak dan solutif.

Penutup: Kita adalah Kain Tenun yang Indah

Contoh Bhineka Tunggal Ika yang paling sempurna sebenarnya adalah Indonesia itu sendiri, sebuah bangsa besar yang berhasil bertahan dan tumbuh di atas ribuan pulau dengan ratusan bahasa dan budaya. Setiap kita adalah benang warna-warni dalam tenun kebangsaan yang indah. Jika satu benang putus, kain itu tak lagi sempurna.

Mari kita jaga tenun ini. Mulailah dengan satu tindakan kecil hari ini: sapa tetangga yang berbeda suku, beli makanan dari pedagang yang berbeda agama, atau hentikan sebaran informasi yang belum jelas kebenarannya. Persatuan kita adalah harga mati.

Bagikan artikel ini kepada keluarga, teman, atau rekan kerja! Diskusikan, contoh Bhineka Tunggal Ika apa lagi yang pernah kamu alami atau praktikkan?Bersama, kita rawat warisan terindah bangsa: persatuan dalam keberagaman.

Baca juga:

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apa arti Bhinneka Tunggal Ika secara harfiah?

Secara harfiah, Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.

2. Di mana kita bisa menemukan tulisan Bhinneka Tunggal Ika?

Tulisan Bhinneka Tunggal Ika terdapat pada pita yang dicengkeram oleh cakar Burung Garuda Pancasila, Lambang Negara Republik Indonesia.

3. Apa saja 3 nilai utama yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika?

Tiga nilai utamanya adalah: Toleransi (saling menghormati), Pluralisme (mengakui keberagaman sebagai realitas), dan Nasionalisme (cinta tanah air yang inklusif).

4. Mengapa Bhinneka Tunggal Ika sangat penting bagi Indonesia?

Karena Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk (plural). Bhinneka Tunggal Ika berfungsi sebagai semboyan pemersatu bangsa, perekat sosial, dan tameng dari ancaman perpecahan akibat perbedaan.

5. Bagaimana jika ada yang melanggar prinsip Bhinneka Tunggal Ika?

Pelanggaran dalam bentuk diskriminasi atau ujaran kebencian berdasarkan SARA dapat dikenai sanksi berdasarkan hukum yang berlaku, seperti UU ITE dan KUHP. Di tingkat masyarakat, pelanggaran akan merusak kerukunan hidup dan kohesi sosial yang telah dibangun.

Scroll to Top