Apa makna dari sila ketiga Pancasila sebenarnya merupakan pertanyaan mendasar yang relevan untuk kita renungkan kembali sebagai bangsa. Dalam gegap gempita kehidupan modern dengan segala perbedaannya, nilai persatuan justru menjadi fondasi yang paling krusial. Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” dengan lambang pohon beringin ini bukan sekadar motto, melainkan prinsip hidup berbangsa yang penuh makna filosofis dan praktis.
Pemahaman tentang Sila Ketiga Pancasila
Memahami apa makna dari sila ketiga harus dimulai dari esensi kata “persatuan”. Persatuan di sini bukanlah penyatuan yang menyeragamkan atau menghilangkan perbedaan. Sebaliknya, persatuan adalah harmoni dalam keberagaman. Indonesia terdiri dari ribuan pulau, ratusan suku, dan berbagai agama serta kepercayaan. Sila ketiga Pancasila mengajarkan bahwa justru dalam perbedaan itu kita harus menemukan titik temu, semangat Bhinneka Tunggal Ika yang artinya “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Maknanya adalah sebuah kesadaran kolektif bahwa kepentingan bangsa dan negara harus berada di atas kepentingan pribadi, golongan, atau daerah. Ini adalah komitmen untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai harga mati. Prinsip ini menjadi tameng utama dari ancaman perpecahan bangsa dan konflik sosial yang mungkin timbul akibat perbedaan.
Makna Simbol Pohon Beringin
Lambang sila ke-3 adalah pohon beringin (Ficus benjamina), yang dipilih dengan pertimbangan filosofis yang mendalam. Berikut adalah makna dari setiap unsur simbol tersebut:
1. Pohon yang Besar dan Rindang
Pohon beringin tumbuh besar, kokoh, dan daunnya sangat rindang. Ini melambangkan negara Indonesia yang menjadi tempat berteduh dan berlindung bagi seluruh rakyatnya dari berbagai macam ancaman. Negara hadir untuk memberikan rasa aman dan nyaman.
2. Akar Tunggang yang Kuat dan Menghunjam
Akar tunggang pohon beringin sangat kuat, menghujam jauh ke dalam tanah. Ini merepresentasikan pondasi bangsa Indonesia yang harus kuat. Pondasi itu adalah persatuan dan kesatuan itu sendiri. Semakin dalam dan kuat akar persatuan, semakin kokoh negara dalam menghadapi tantangan.
3. Akar Gantung (Akar Menjalar)
Inilah simbol yang paling sering dikaitkan dengan keragaman Indonesia. Akar gantung yang menjalar dari dahan ke tanah melambangkan berbagai suku, agama, ras, dan budaya (SARA) dari seluruh penjuru Nusantara. Uniknya, akar-akar gantung ini justru menguatkan pohon itu sendiri ketika mereka mencapai tanah dan berubah menjadi batang baru. Artinya, keberagaman bukanlah kelemahan, melainkan sumber kekuatan yang memperkokoh persatuan jika kita kelola dengan baik.
4. Warna Dasar Putih pada Perisai
Latar belakang lambang pohon beringin pada perisai Burung Garuda adalah warna putih. Warna ini melambangkan kesucian, niat yang tulus, dan kejujuran. Persatuan yang kita bangun haruslah didasari oleh niat dan hati yang suci untuk kemaslahatan bersama, bukan untuk kepentingan kelompok tertentu.
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Sila Ketiga
Makna dari sila ketiga Pancasila dapat kita uraikan menjadi nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pedoman bertindak:
- Merasa bangga sebagai bangsa Indonesia, mencintai budaya dan produk dalam negeri, serta memiliki keinginan untuk berkontribusi memajukan bangsa.
- Kesediaan untuk mendahulukan kepentingan umum, siap membela negara, dan membantu sesama warga negara tanpa pandang bulu.
- Kesadaran bahwa Indonesia adalah satu kesatuan yang utuh dari Sabang sampai Merauke, dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
- Tidak memandang rendah suku atau budaya lain, melainkan merayakan perbedaan sebagai kekayaan bersama. Ini adalah implementasi langsung dari Bhinneka Tunggal Ika.
- Budaya kolaborasi dan saling membantu untuk menyelesaikan masalah bersama dan membangun lingkungan yang lebih baik. Gotong royong adalah manifestasi nyata dari persatuan dalam tindakan.
Penerapan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Apa makna dari sila ketiga menjadi tidak relevan jika tidak kita praktikkan. Berikut contoh penerapannya di berbagai lingkungan:
Di Keluarga:
- Menjaga kerukunan antar anggota keluarga.
- Mengutamakan kepentingan keluarga dibanding kepentingan pribadi.
- Saling menghormati pendapat meski berbeda.
Di Sekolah dan Kampus:
- Berteman dengan semua orang tanpa membeda-bedakan suku, agama, atau latar belakang ekonomi.
- Bekerja sama dalam kelompok belajar atau tugas proyek.
- Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler yang memupuk nasionalisme, seperti Paskibra atau diskusi kebangsaan.
Di Masyarakat:
- Aktif dalam kerja bakti atau gotong royong membersihkan lingkungan.
- Menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan bersama, misalnya melalui sistem ronda.
- Menyelesaikan masalah atau konflik dengan musyawarah untuk mufakat, bukan dengan kekerasan.
- Menghormati tetangga yang sedang merayakan hari besar agamanya.
Di Dunia Digital dan Nasional:
- Menyebarkan konten yang mendukung persatuan bangsa dan tidak menyebarkan ujaran kebencian (hate speech) atau hoaks yang memecah belah.
- Bangga dan aktif menggunakan produk lokal Indonesia.
- Menjaga bahasa persatuan, Bahasa Indonesia, dengan baik dan benar sambil tetap melestarikan bahasa daerah.
- Menghormati simbol-simbol negara seperti Bendera Merah Putih, Lagu Indonesia Raya, dan Lambang Garuda Pancasila.
Fungsi Sila Ketiga dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Sila ketiga berfungsi sebagai:
- Menjadi common platform yang menyatukan seluruh elemen bangsa yang majemuk.
- Memberikan kerangka berpikir bahwa setiap perbedaan harus diselesaikan dengan mengedepankan persatuan.
- Memupuk rasa cinta tanah air yang dapat mencegah gerakan-gerakan separatisme dan ancaman terhadap kedaulatan NKRI.
- Menginspirasi kebijakan pemerintah yang selalu harus mengutamakan keutuhan bangsa, seperti kebijakan otonomi daerah yang tetap dalam bingkai NKRI.
Tantangan dan Relevansi di Era Modern
Di era globalisasi dan media sosial, tantangan terhadap persatuan Indonesia justru semakin kompleks. Penyebaran informasi palsu (hoaks), polarisasi politik, dan sikap intoleransi dapat dengan cepat memecah belah. Di sinilah, pemahaman mendalam tentang apa makna dari sila ketiga menjadi sangat krusial. Kita harus menjadi “akar gantung” yang menguatkan, bukan “rayap” yang menggerogoti dari dalam. Sila ketiga mengajarkan kita untuk menjadi warga digital yang bijak, yang mampu menyaring informasi dan selalu mempromosikan pesan-pesan pemersatu.
Mari kita jadikan pemahaman tentang makna sila ketiga ini bukan hanya sebagai hafalan, tetapi sebagai kompas dalam bertindak sehari-hari. Bagikan artikel ini kepada teman dan keluarga kamu untuk bersama-sama menguatkan semangat persatuan.
Baca juga:
- Apa Saja Butir Pancasila? Berikut 45 Butir Pengamalan dalam Kehidupan Sehari-hari
- Apa Saja Contoh Pancasila sebagai Ideologi Negara dalam Kehidupan Sehari-hari?
- Taukah Kamu, Apa Penyebab Pancasila Bisa Bertahan Menjadi Ideologi Bangsa Indonesia?
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan (FAQ)
1. Apa bunyi dan lambang sila ketiga Pancasila?
Bunyi sila ketiga adalah “Persatuan Indonesia”. Lambangnya adalah pohon beringin yang terletak di bagian tengah atas pada perisai dada Burung Garuda Pancasila.
2. Mengapa pohon beringin dipilih sebagai lambang sila ketiga?
Karena pohon beringin melambangkan kekokohan, keteduhan, dan memiliki akar gantung yang banyak yang merepresentasikan keragaman. Ini cocok dengan filosofi persatuan dalam keberagaman dimana negara yang kokoh (pohon besar) melindungi seluruh rakyatnya yang beragam (akar gantung) di dalam satu kesatuan.
3. Apa contoh sikap yang mencerminkan sila ketiga di sekolah?
Contohnya adalah: tidak melakukan perundungan (bullying), berteman dengan semua orang tanpa pilih-pilih, bekerja sama dalam kelompok, menghormati guru dan staf, serta ikut serta aktif dalam kegiatan kelas atau sekolah yang memupuk kebersamaan.
4. Apakah gotong royong termasuk pengamalan sila ketiga?
Ya, sangat termasuk. Gotong royong adalah implementasi nyata dan turun-temurun dari nilai persatuan dan kesatuan. Kegiatan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama inilah yang membangun ikatan sosial dan memperkuat rasa kebersamaan sebagai satu bangsa.
5. Bagaimana cara kita menjaga makna sila ketiga di media sosial?
Dengan menjadi warganet yang bertanggung jawab: tidak menyebarkan hoaks atau konten provokatif, menghargai perbedaan pendapat dalam berkomentar, mempromosikan konten positif tentang keindahan dan pencapaian Indonesia, serta melaporkan konten-konten yang berpotensi memecah belah.



