Ini 10 Kelebihan dan Kekurangan Influencer Marketing

Kelebihan dan Kekurangan Influencer Marketing

Kelebihan dan Kekurangan Influencer Marketing

Kelebihan dan Kekurangan Influencer Marketing – Influencer marketing, pada dasarnya, adalah strategi pemasaran di mana merek bekerja sama dengan individu yang memiliki pengaruh besar di media sosial atau platform digital lainnya untuk mempromosikan produk atau layanan mereka. Orang-orang ini, yang sering disebut sebagai “influencer”, memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan pembelian audiens mereka karena mereka telah membangun basis pengikut yang setia dan terlibat.

Sejak awal kemunculannya, influencer marketing telah berkembang pesat, terutama dengan tumbuhnya platform media sosial seperti Instagram, YouTube, dan TikTok. Influencer marketing tidak lagi terbatas pada selebritas besar; sekarang, bahkan orang biasa dengan pengikut yang relatif kecil namun terlibat dapat menjadi influencer yang sangat efektif.

Sejarah influencer marketing mungkin tidak terlalu panjang, tetapi dampaknya dalam dunia bisnis sangat signifikan. Seiring berjalannya waktu, banyak perusahaan mulai menyadari bahwa influencer bisa menjadi jembatan yang kuat antara merek dan konsumen. Berbeda dengan iklan tradisional yang cenderung satu arah, influencer marketing memberikan nuansa interaktif dan personal, membuatnya menjadi alat pemasaran yang sangat kuat di era digital.

Pentingnya Memahami Influencer Marketing

Mengapa begitu banyak merek, baik besar maupun kecil, berlomba-lomba menggunakan influencer marketing? Jawabannya sederhana: karena ini bekerja. Namun, seperti halnya setiap strategi pemasaran lainnya, penting untuk memahami sepenuhnya bagaimana cara kerjanya, serta kelebihan dan kekurangannya. Mengabaikan salah satu aspek ini dapat membuat kampanye influencer marketing menjadi bumerang bagi merek mereka.

kita akan membahas tentang kelebihan dan kekurangan influencer marketing, memberikan pandangan yang seimbang agar kamu bisa membuat keputusan yang tepat bagi merek.

Kelebihan Influencer Marketing

Berikut ini penjelasan tentang kelebihan dan kekuranga influencer marketing, tapi mari kita mulai dengan melihat sisi positif dari strategi ini terlebih dahulu.

1. Membangun Hubungan yang Otentik dengan Konsumen

Salah satu kelebihan terbesar dari influencer marketing adalah kemampuannya untuk membangun hubungan yang otentik dan personal antara merek dan konsumen. Influencer bukan hanya alat pemasaran; mereka adalah individu yang memiliki kehidupan, pendapat, dan gaya mereka sendiri. Pengikut mereka melihat influencer sebagai sosok yang dapat dipercaya, yang membuat rekomendasi mereka lebih bermakna dibandingkan dengan iklan biasa.

Misalnya, bayangkan kamu mengikuti seorang food blogger yang sering membagikan resep sehat. Ketika blogger tersebut merekomendasikan produk makanan tertentu, kamu cenderung mempercayainya karena telah mengikuti perjalanan kulinernya dan mempercayai penilaiannya. Ini adalah kekuatan dari influencer marketing: kepercayaan.

Sebagai contoh, salah satu kampanye sukses yang dapat kita lihat adalah kolaborasi antara Nike dan Cristiano Ronaldo. Sebagai salah satu atlet paling dikenal di dunia, Ronaldo memiliki jutaan pengikut yang mempercayai rekomendasinya. Saat Ronaldo mempromosikan produk Nike, tidak hanya karena ia seorang selebritas, tetapi karena pengikutnya percaya pada dedikasinya terhadap kebugaran dan sepak bola. Ini adalah hubungan otentik yang dibangun di atas kepercayaan dan kredibilitas, yang sangat sulit dicapai dengan iklan konvensional.

2. Menjangkau Audiens yang Tepat

Ketika berbicara tentang pemasaran, menargetkan audiens yang tepat adalah kunci keberhasilan. Salah satu keunggulan dari influencer marketing adalah kemampuannya untuk menjangkau audiens yang sangat spesifik. Influencer sering kali memiliki pengikut yang sesuai dengan target pasar yang diinginkan oleh sebuah merek, sehingga memungkinkan kampanye yang lebih efektif.

Sebagai contoh, Bila kamu menjual produk kecantikan vegan, bekerja sama dengan seorang beauty influencer yang fokus pada produk-produk vegan akan memberikan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan menjalankan iklan kepada audiens umum. Ini karena pengikut influencer tersebut sudah memiliki minat yang sejalan dengan produk yang ditawarkan.

Studi kasus lain yang menarik adalah kerja sama antara merek teknologi dan tech influencer. Misalnya, merek smartphone seperti OnePlus sering bekerja sama dengan YouTuber teknologi seperti Marques Brownlee (MKBHD). Audiens dari MKBHD sudah sangat tertarik dengan gadget dan teknologi terbaru, sehingga rekomendasi dari MKBHD cenderung lebih diterima dan diikuti.

3. Peningkatan Kesadaran Merek

Meningkatkan kesadaran merek (brand awareness) adalah salah satu tujuan utama dari banyak kampanye pemasaran, dan influencer marketing sangat efektif dalam hal ini. Ketika influencer berbicara tentang produk atau layanan, mereka memperkenalkannya kepada ribuan atau bahkan jutaan pengikut mereka. Ini berarti merek kamu dapat dikenal oleh lebih banyak orang dalam waktu yang relatif singkat.

Kesadaran merek yang meningkat ini bisa membawa efek bola salju. Misalnya, setelah sebuah produk dipromosikan oleh beberapa influencer, orang-orang mulai membicarakannya lebih sering, menciptakan buzz yang kemudian dapat menarik perhatian media lain. Kesadaran ini bukan hanya tentang jumlah, tetapi juga tentang kualitas. Ketika orang melihat produk direkomendasikan oleh seseorang yang mereka percayai, mereka lebih mungkin untuk mengingat merek.

Salah satu contoh yang cukup dikenal adalah kampanye #LikeAGirl dari Always. Kampanye ini menggunakan influencer untuk menyebarkan pesan positif tentang perempuan dan kesetaraan gender. Hasilnya, kampanye ini tidak hanya meningkatkan kesadaran tentang produk Always, tetapi juga memperkuat citra merek sebagai pendukung pemberdayaan perempuan, yang akhirnya meningkatkan loyalitas konsumen.

4. Mendukung Penciptaan Konten Kreatif

Di dunia pemasaran digital, konten adalah raja. Namun, menciptakan konten yang kreatif dan menarik bisa menjadi tantangan. Di sinilah influencer marketing menunjukkan kelebihannya yang lain: influencer adalah pencipta konten yang hebat. Mereka tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan audiens mereka, mereka tahu apa yang menarik, dan mereka tahu cara menyajikannya dengan cara yang otentik.

Kolaborasi dengan influencer tidak hanya tentang promosi produk; ini juga tentang menciptakan konten yang berkualitas tinggi yang dapat digunakan dalam berbagai saluran pemasaran. Misalnya, sebuah brand fashion bisa bekerja sama dengan seorang fashion influencer untuk menciptakan lookbook atau tutorial gaya berpakaian. Konten ini bisa digunakan kembali di media sosial, situs web, dan bahkan dalam iklan berbayar, memberikan nilai tambah bagi merek.

Contoh lainnya adalah dalam industri makanan, di mana brand sering kali bekerja sama dengan food influencer untuk menciptakan resep menggunakan produk mereka. Konten ini tidak hanya menarik, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi konsumen yang mencari inspirasi memasak. Hasilnya, brand tidak hanya mendapatkan promosi, tetapi juga konten berkualitas tinggi yang dapat digunakan untuk memperkuat strategi pemasaran mereka secara keseluruhan.

5. Menghemat Biaya dan Waktu

Bagi banyak bisnis, terutama yang berskala kecil hingga menengah, anggaran pemasaran bisa sangat terbatas. Salah satu kelebihan dari influencer marketing adalah bahwa ini bisa menjadi alternatif yang lebih terjangkau dibandingkan dengan iklan tradisional, terutama jika kamu bekerja dengan micro-influencer yang memiliki pengikut yang lebih kecil tetapi sangat terlibat.

Sebagai contoh, menjalankan iklan televisi mungkin memerlukan anggaran ratusan juta hingga miliaran rupiah. Sebaliknya, bekerja dengan beberapa micro-influencer yang relevan bisa dilakukan dengan biaya yang jauh lebih rendah, namun tetap memberikan hasil yang signifikan dalam hal kesadaran merek dan penjualan.

Selain itu, influencer marketing juga bisa menghemat waktu. Proses membuat kampanye iklan tradisional bisa memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Di sisi lain, kampanye influencer bisa dijalankan dengan lebih cepat, karena influencer sudah terbiasa dengan pembuatan konten dan memiliki audiens yang siap untuk ditargetkan.

Namun, meskipun influencer marketing bisa lebih hemat biaya dan waktu, penting untuk tetap berhati-hati dalam memilih influencer yang tepat dan mengelola kampanye dengan baik agar hasilnya sesuai dengan harapan.

Kekurangan Influencer Marketing

Selain sisi positifnya, Influencer Marketing marketing juga terdapat sisi negatif yang patut sebagai pertimbangan.

1. Biaya yang Tinggi dan Ketidakpastian ROI

Meski di bagian sebelumnya kita telah membahas bahwa influencer marketing bisa lebih hemat biaya, kenyataannya tidak selalu demikian. Untuk bekerja dengan influencer besar atau selebriti, biayanya bisa sangat tinggi, bahkan melampaui biaya iklan tradisional. Selain itu, ada ketidakpastian dalam hal Return on Investment (ROI). Tidak selalu mudah untuk mengukur seberapa efektif kampanye influencer marketing dalam menghasilkan penjualan atau meningkatkan loyalitas merek.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin membayar seorang influencer ratusan juta rupiah untuk mempromosikan produk mereka, namun hasilnya tidak selalu sesuai dengan harapan. Meskipun ada peningkatan dalam hal kesadaran merek, peningkatan penjualan mungkin tidak signifikan atau tidak terjadi sama sekali.

Salah satu contoh kegagalan dalam influencer marketing yang cukup terkenal adalah kampanye PepsiCo yang bekerja sama dengan Kendall Jenner pada tahun 2017. Kampanye tersebut menuai banyak kritik dan tidak memberikan dampak positif yang diharapkan. Biaya yang dikeluarkan untuk kampanye tersebut tentu sangat besar, namun hasilnya jauh dari memuaskan.

Karena itu, penting bagi merek untuk melakukan riset yang mendalam sebelum memilih influencer dan menetapkan ekspektasi yang realistis terhadap hasil kampanye.

2. Risiko Reputasi

Bekerja dengan influencer juga memiliki risiko tersendiri, terutama terkait dengan reputasi merek. Jika seorang influencer terlibat dalam kontroversi atau melakukan kesalahan, dampaknya bisa sangat merugikan bagi merek yang bekerja sama dengannya. Kontroversi yang melibatkan influencer bisa mencoreng citra merek, bahkan jika merek tersebut tidak terlibat langsung dalam masalah tersebut.

Contohnya, pada tahun 2018, influencer Logan Paul menghadapi kritik keras setelah mengunggah video kontroversial di YouTube. Beberapa merek yang bekerja sama dengannya langsung mengambil langkah untuk menghentikan kolaborasi mereka karena tidak ingin terpengaruh oleh reputasi buruk yang timbul akibat peristiwa tersebut.

Risiko reputasi ini menjadi salah satu alasan mengapa banyak merek memilih untuk bekerja dengan micro-influencer atau nano-influencer yang cenderung memiliki profil yang lebih rendah dan jarang terlibat dalam kontroversi besar. Namun, meskipun begitu, risiko tetap ada, dan merek harus selalu berhati-hati dalam memilih influencer untuk bekerja sama.

3. Kesulitan dalam Mengukur Keberhasilan

Salah satu tantangan terbesar dalam influencer marketing adalah mengukur keberhasilan kampanye. Sementara beberapa indikator seperti jumlah likes, comments, dan shares bisa memberikan gambaran tentang seberapa terlibatnya audiens, hal ini tidak selalu mencerminkan hasil nyata seperti peningkatan penjualan atau loyalitas pelanggan.

Untuk mengatasi hal ini, beberapa merek menggunakan kode diskon atau tautan yang dipersonalisasi untuk melacak penjualan yang berasal dari kampanye influencer. Namun, metode ini juga memiliki keterbatasan, karena tidak semua konsumen akan menggunakan kode diskon atau tautan tersebut.

Sebagai contoh, kampanye influencer yang meningkatkan kesadaran merek mungkin tidak langsung terlihat dalam penjualan, tetapi dampaknya bisa terasa dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi merek untuk menetapkan tujuan yang jelas dan realistis serta menggunakan berbagai metrik untuk mengevaluasi keberhasilan kampanye.

4. Ketergantungan pada Platform Media Sosial

Influencer marketing sangat bergantung pada platform media sosial. Ini berarti bahwa perubahan dalam algoritma atau kebijakan platform bisa berdampak signifikan pada efektivitas kampanye. Misalnya, perubahan dalam algoritma Instagram yang mengurangi jangkauan organik bisa membuat konten influencer kurang terlihat oleh audiens mereka, sehingga mengurangi dampak kampanye.

Ketergantungan ini juga berarti bahwa jika suatu platform media sosial mengalami penurunan popularitas, kampanye influencer marketing di platform tersebut juga akan terkena dampaknya. Sebagai contoh, jika pengikut sebuah influencer berkurang karena mereka berpindah ke platform lain yang lebih populer, efektivitas kampanye yang dilakukan melalui influencer tersebut bisa menurun.

Untuk mengatasi ketergantungan ini, beberapa merek mulai diversifikasi strategi influencer marketing mereka dengan menggunakan beberapa platform sekaligus atau bekerja sama dengan influencer yang memiliki pengaruh di berbagai platform. Ini membantu mengurangi risiko jika satu platform mengalami penurunan atau perubahan yang tidak menguntungkan.

5. Potensi Terjadinya Penipuan

Penipuan dalam influencer marketing adalah masalah yang semakin mendapat perhatian. Beberapa influencer menggunakan cara-cara tidak etis, seperti membeli pengikut palsu atau menggunakan bot untuk meningkatkan engagement mereka. Hal ini bisa membuat merek terjebak dalam kampanye yang tidak efektif karena audiens yang seharusnya dijangkau ternyata tidak nyata.

Contohnya, ada kasus di mana merek membayar influencer yang memiliki jutaan pengikut, tetapi setelah dianalisis lebih lanjut, ternyata sebagian besar pengikut tersebut adalah akun palsu. Ini menyebabkan kampanye menjadi tidak efektif dan merugikan merek, baik dari segi biaya maupun citra.

Untuk menghindari penipuan ini, merek harus lebih teliti dalam memilih influencer. Ada beberapa alat dan layanan yang bisa digunakan untuk menganalisis keaslian pengikut dan engagement dari influencer. Dengan melakukan due diligence, merek bisa mengurangi risiko terjebak dalam kampanye yang tidak efektif.

Strategi Mengoptimalkan Influencer Marketing

Setelah kamu mengetahui kelebihan dan kekurangan influencer marketing, tiba saatnya memahamami beberapa startegi yang dapat diterapkan dalam mengoptimalkan influencer marketing.

1. Memilih Influencer yang Tepat

Kunci sukses dalam influencer marketing adalah memilih influencer yang tepat. Hal ini tidak hanya berarti influencer dengan jumlah pengikut yang besar, tetapi juga yang memiliki audiens yang relevan dengan target pasar dan nilai-nilai yang sejalan dengan merek.

Ketika memilih influencer, penting untuk melihat lebih dari sekadar metrik seperti jumlah pengikut. Engagement rate, demografi audiens, dan reputasi influencer adalah faktor-faktor yang juga harus dipertimbangkan. Selain itu, brand perlu mempertimbangkan apakah influencer tersebut memiliki pengalaman dalam industri atau niche tertentu yang relevan dengan produk atau layanan.

Misalnya, bila kamu adalah brand kecantikan yang menargetkan wanita usia 18-24, bekerja sama dengan beauty influencer yang memiliki audiens di segmen tersebut akan jauh lebih efektif daripada bekerja sama dengan influencer yang audiensnya lebih tua atau tidak tertarik pada kecantikan.

2. Menetapkan Tujuan yang Jelas dan Terukur

Untuk memastikan keberhasilan kampanye influencer marketing, brand harus menetapkan tujuan yang jelas dan terukur sejak awal. Apakah tujuan kamu untuk meningkatkan kesadaran merek, meningkatkan penjualan, atau membangun loyalitas pelanggan? Menetapkan tujuan ini akan membantu mengarahkan kampanye dan mengukur keberhasilannya secara lebih akurat.

Misalnya, jika tujuan meningkatkan penjualan, kamu bisa menetapkan target seperti “meningkatkan penjualan produk X sebesar 20% dalam tiga bulan ke depan.” kamu kemudian bisa menggunakan kode diskon atau tautan pelacakan khusus untuk mengukur kontribusi influencer terhadap pencapaian target ini.

3. Membuat Brief yang Jelas untuk Influencer

Brief yang jelas adalah kunci untuk memastikan bahwa influencer memahami pesan dan tujuan kampanye. Brief ini harus mencakup informasi tentang produk atau layanan yang akan dipromosikan, pesan utama yang ingin disampaikan, serta pedoman untuk pembuatan konten.

Namun, penting untuk tidak terlalu membatasi kreativitas influencer. Berikan mereka ruang untuk mengekspresikan diri mereka sendiri dan menciptakan konten yang autentik dan relevan dengan audiens mereka. Hal ini akan membantu memastikan bahwa konten yang dihasilkan terasa natural dan lebih efektif dalam mencapai tujuan kampanye.

Sebagai contoh, kamu bisa memberikan brief yang mencakup beberapa poin penting yang harus disertakan dalam konten, tetapi juga memungkinkan influencer untuk menambahkan sentuhan pribadi mereka sendiri, seperti cerita atau pengalaman pribadi yang relevan dengan produk.

4. Menggunakan Alat Analitik untuk Mengukur Keberhasilan

Mengukur keberhasilan kampanye influencer marketing adalah langkah penting dalam memastikan bahwa upaya kamu memberikan hasil yang diharapkan. Ada berbagai alat analitik yang dapat membantu melacak kinerja kampanye, termasuk jumlah tayangan, likes, shares, dan komentar, serta metrik yang lebih mendalam seperti tingkat konversi dan ROI.

Beberapa platform media sosial seperti Instagram dan YouTube menawarkan alat analitik bawaan yang dapat membantu kamu melacak kinerja konten yang dipromosikan oleh influencer. Selain itu, kamu juga bisa menggunakan alat pihak ketiga yang menawarkan analisis yang lebih mendalam, seperti Hootsuite, Google Analytics, atau alat khusus influencer marketing seperti Traackr atau Klear.

Dengan menggunakan alat ini, kamu bisa mendapatkan wawasan tentang apa yang bekerja dan apa yang tidak dalam kampanye, sehingga kamu bisa membuat penyesuaian yang diperlukan untuk kampanye di masa depan.

5. Membina Hubungan Jangka Panjang dengan Influencer

Membangun hubungan jangka panjang dengan influencer bisa sangat bermanfaat bagi brand. Influencer yang telah bekerja sama dengan brand untuk waktu yang lama lebih cenderung memahami produk atau layanan kamu dengan baik, dan bisa menjadi advokat yang lebih kuat untuk merek.

Selain itu, hubungan jangka panjang juga dapat membantu menciptakan kesan yang lebih autentik dan konsisten di mata audiens. Alih-alih terlihat sebagai promosi satu kali, kampanye yang berkelanjutan dengan influencer yang sama akan terasa lebih natural dan lebih dipercaya oleh pengikut mereka.

Sebagai contoh, beberapa brand besar telah sukses membangun program ambassador di mana influencer bekerja sama dengan mereka selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Program ini tidak hanya membantu brand menjaga konsistensi pesan mereka tetapi juga memungkinkan mereka untuk terus memperbarui dan meningkatkan kampanye mereka berdasarkan feedback dari influencer dan audiens mereka.

Studi Kasus Kampanye Influencer Marketing yang Sukses

Beberapa contoh kasusu kampanye inluencer marketing yang terbukti sukses diantaranya:

1. Kampanye Nike dengan Colin Kaepernick

Pada tahun 2018, Nike meluncurkan kampanye “Just Do It” yang menampilkan Colin Kaepernick, seorang atlet NFL yang terkenal karena aksi protesnya terhadap ketidakadilan rasial. Meskipun kampanye ini menimbulkan kontroversi, namun juga berhasil mengumpulkan perhatian global dan meningkatkan penjualan Nike secara signifikan.

Kampanye ini adalah contoh bagaimana memilih influencer yang sesuai dengan nilai-nilai merek dapat memberikan dampak yang luar biasa, bahkan ketika keputusan tersebut mungkin tampak berisiko. Nike berhasil memposisikan diri mereka sebagai brand yang berani dan relevan, yang siap mengambil sikap terhadap isu-isu sosial yang penting.

2. Kampanye Daniel Wellington dengan Micro-Influencers

Daniel Wellington, merek jam tangan asal Swedia, dikenal sebagai salah satu brand yang berhasil menggunakan micro-influencer untuk membangun merek mereka. Alih-alih bekerja dengan selebriti besar, Daniel Wellington memilih untuk bekerja dengan ribuan micro-influencer di Instagram, yang memiliki pengikut antara 1.000 hingga 100.000.

Strategi ini berhasil karena micro-influencer sering kali memiliki hubungan yang lebih dekat dan lebih autentik dengan pengikut mereka, yang menghasilkan engagement yang lebih tinggi. Dengan memberikan kode diskon kepada influencer ini untuk dibagikan kepada pengikut mereka, Daniel Wellington mampu menciptakan kampanye viral yang tidak hanya meningkatkan kesadaran merek tetapi juga penjualan secara signifikan.

3. Kampanye Fyre Festival yang Gagal

Fyre Festival adalah contoh dari bagaimana influencer marketing bisa berakhir dengan buruk jika tidak dikelola dengan baik. Acara ini dipromosikan sebagai festival musik mewah di pulau pribadi, dengan bantuan dari influencer papan atas seperti Kendall Jenner dan Bella Hadid. Namun, ketika festival tersebut ternyata tidak sesuai dengan janji-janji yang dibuat, acara tersebut menjadi bencana besar.

Kasus Fyre Festival menunjukkan pentingnya transparansi dan integritas dalam kampanye influencer marketing. Influencer yang terlibat dalam promosi acara tersebut menerima kritik tajam karena mempromosikan sesuatu yang mereka sendiri tidak verifikasi. Ini menyebabkan kerusakan reputasi baik bagi influencer maupun brand yang terlibat.

Sebagai penutup, meskipun influencer marketing bukanlah strategi yang tanpa risiko, dengan perencanaan dan eksekusi yang tepat, ia dapat menjadi salah satu alat pemasaran yang paling efektif di era digital saat ini. Semoga informasi tentang Kelebihan dan Kekurangan Influencer Marketing dapat bermanfaat ya, terimakasih.

Baca juga:

Referensi

  1. Audrezet, A., de Kerviler, G., & Moulard, J. G. (2018). Authenticity under threat: When social media influencers need to go beyond self-presentation. Journal of Business Research, 117, 557-569. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2018.11.005
  2. Campbell, C., & Farrell, J. R. (2020). More than meets the eye: The functional components underlying influencer marketing. Business Horizons, 63(4), 469-479. https://doi.org/10.1016/j.bushor.2020.03.003
  3. Ki, C. W. C., & Kim, Y. K. (2019). The mechanism by which social media influencers persuade consumers: The role of consumers’ desire to mimic. Psychology & Marketing, 36(10), 905-922. https://doi.org/10.1002/mar.21244
  4. Lou, C., & Yuan, S. (2019). Influencer marketing: How message value and credibility affect consumer trust of branded content on social media. Journal of Interactive Advertising, 19(1), 58-73. https://doi.org/10.1080/15252019.2018.1533501
  5. Schouten, A. P., Janssen, L., & Verspaget, M. (2020). Celebrity vs. Influencer endorsements in advertising: The role of identification, credibility, and Product-Endorser fit. International Journal of Advertising, 39(2), 258-281. https://doi.org/10.1080/02650487.2019.1634898
  6. Stubb, C., Nyström, A. G., & Colliander, J. (2019). Influencer marketing: The impact of disclosing sponsorship compensation justification on sponsored content effectiveness. Journal of Communication Management, 23(2), 109-122. https://doi.org/10.1108/JCOM-11-2018-0119
  7. Tafesse, W., & Wood, B. P. (2021). Followers’ engagement with Instagram influencers: The role of influencers’ content and engagement strategy. Journal of Retailing and Consumer Services, 58, 102303. https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2020.102303
  8. Vrontis, D., Makrides, A., Christofi, M., & Thrassou, A. (2021). Social media influencer marketing: A systematic review, integrative framework and future research agenda. International Journal of Consumer Studies, 45(4), 617-644. https://doi.org/10.1111/ijcs.12647
Please follow and like bams:
Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
Copy link
URL has been copied successfully!
Scroll to Top