Sejarah Candi Muaro Jambi – Candi Muaro Jambi, terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Indonesia, merupakanan kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara. Dengan luas mencapai 3981 hektar, kompleks ini memancarkan pesona keindahan sejarah yang menakjubkan. Terletak di tepi Sungai Batang Hari, sekitar 26 kilometer dari Kota Jambi, kompleks candi ini menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang peradaban Indonesia.
Sejarah Candi Muaro Jambi
Candi Muaro Jambi Pertama kali dilaporkan pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke. Pemugaran serius dimulai pada tahun 1975 di bawah pimpinan R. Soekmono, mengungkapkan keberagaman bangunan dan artefak yang mencerminkan kehidupan masyarakat pada abad ke-7 hingga ke-12 Masehi.
Kompleks candi ini terdiri dari 110 candi dan 85 menapo (gundukan tanah) yang belum dikupas. Kesembilan candi yang telah dipugar, seperti:
- Candi Kotomahligai.
- CandiKedaton.
- Candi Gedong Satu.
- Candi Gedong Dua.
- Candi Gumpung.
- Candi Tinggi.
- Candi Telago Rajo.
- Candi Kembar Batu.
- Candi Candi Astano.
Candi-candi tersebut memberikan gambaran jelas tentang corak Buddhisme yang mendominasi kompleks ini.
Keunikan Candi Muaro jambi
Dalam struktur kompleks candi, Candi Muaro Jambi terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Dengan luas 12 km persegi, kompleks ini membentang sepanjang 7 kilometer, mengikuti arus sungai. Bangunan-bangunan ini bukan hanya mencakup candi, tetapi juga parit atau kanal kuno, kolam penampungan air, dan gundukan tanah yang menyimpan struktur bata kuno.
Berbagai arca seperti prajnaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, dan lesung batu menjadi saksi bisu dari kejayaan Buddhisme Mahayana Tantrayana. Sejumlah artefak seperti gong perunggu bertuliskan aksara Cina, mantra Buddhis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, dan mata uang Cina memberikan sentuhan internasional pada kompleks ini.
Keberadaan Candi Muaro Jambi terhimpun dalam sejumlah keunikan yang membedakannya dari candi-candi lain. Fungsinya sebagai pusat pendidikan internasional pada masa lalu memberikan kompleks ini daya tarik khusus. Pelajar dari India, Tiongkok, dan Tibet datang ke sini untuk menekuni ilmu pengetahuan dan mengejar pendidikan agama Buddha.
Luasnya kompleks ini, mencapai 3981 hektar, menjadikannya kompleks candi terluas di Indonesia dan Asia Tenggara. Dengan panjang yang mencapai 7,5 kilometer, Candi Muaro Jambi mengalahkan beberapa candi terkenal di Jawa, seperti Candi Borobudur.
Tantangan Pelestarian Candi Muaro Jambi
Meskipun menjadi Warisan Budaya Dunia dan diusulkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO sejak tahun 2009, Candi Muaro Jambi menghadapi sejumlah tantangan. Eksploitasi industri sawit dan batubara di sekitar kompleks, bersama dengan pariwisata massal, memberikan dampak negatif yang signifikan.
Sejumlah candi dan menapo berada di tengah-tengah lokasi pabrik dan penimbunan batubara. Persewaan sepeda dan kompleks candi yang digunakan sebagai pasar malam turut merusak keaslian kompleks ini. Selain itu, kawasan konservasi arkeologis belum dimasukkan dalam rencana tata ruang kabupaten dan provinsi, menambah kerumitan pelestarian.
Pemugaran yang dimulai pada tahun 1975 memberikan wajah baru pada kompleks ini, tetapi tantangan pelestarian tetap menjadi fokus utama. Restorasi terus dilakukan untuk menjaga keaslian dan keindahan Candi Muaro Jambi. Pemerintah terus berupaya memitigasi dampak eksploitasi industri dan pariwisata agar kompleks ini tetap menjadi peninggalan yang kokoh dan lestari.
Peta Lokasi
Sebagai situs bersejarah yang begitu besar, Candi Muaro Jambi memberikan kita pelajaran tentang pentingnya pelestarian warisan budaya. Dalam keterbatasan teknologi dan tantangan zaman modern, menjaga keaslian dan keindahan kompleks candi ini merupakan tanggung jawab bersama kita, dan untuk candi-candi lainnya yang terdapat di komplek Candi Muaro Jambi akan kita bahasa pada artikel yang lainnya, terimakasih.
Photo-Photo
Referensi
- Syaputra, M. A. D., Sariyatun, S., & Ardianto, D. T. (2020). Pemanfaatan situs purbakala candi muaro jambi sebagai objek pembelajaran sejarah lokal di era digital. Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia, 3(1), 77-87.
- Pamungkas, S., & Agustiningsih, N. (2018). Candi Muaro Jambi: Kajian Cerita Rakyat, Arkeologi, Dan Pariwisata. Istoria: Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah Universitas Batanghari, 2(2), 49-62.
- Bagdadi, M. J. (2020). SEJARAH PARIWISATA; CANDI MUARO JAMBI 1990-2011. JURNAL SEJARAH PARIWISATA; CANDI MUARO JAMBI 1990-2011.