18 Jenis Strategi Pemasaran yang Harus di Kuasai

Jenis Strategi Pemasaran

Jenis strategi pemasaran – Mengapa beberapa brand begitu melekat di kepala, seakan-akan mereka sudah menjadi bagian dari keseharian kita? Kita tidak sekadar membeli kopi dari sebuah kedai tertentu; kita membeli sebuah identitas, sebuah rasa yang familiar di tengah hari yang hectic. Kita tidak memilih smartphone hanya berdasarkan spesifikasi; kita memilih sebuah ekosistem, sebuah pernyataan gaya hidup.

Di balik semua itu, bukanlah sihir atau keberuntungan. Itu merupakan hasil dari strategi pemasaran yang dijalankan dengan presisi, kreativitas, dan konsistensi.

Pemasaran seringkali disalahartikan sebagai sekadar menjual atau mengiklankan produk. Itu pemikiran yang sudah ketinggalan zaman. Pemasaran adalah jiwa dari sebuah bisnis. Ia adalah narasi yang di tulis, hubungan yang di bangun, dan nilai yang ditawarkan. Tanpa strategi pemasaran yang solid, produk terhebat pun bisa hilang ditelan gegap gempita pasar, menjadi another brick in the wall yang tidak diperhatikan siapa pun.

Apa Itu Strategi Pemasaran?

Bayangkan kamu adalah seorang jenderal yang akan memimpin perang. Kamu tidak akan asal menerjunkan semua pasukan tanpa rencana, bukan? kamu perlu tahu medannya, kekuatan dan kelemahan lawan, senjata apa yang Anda punya, dan taktik seperti apa yang akan digunakan untuk mencapai kemenangan.

Strategi pemasaran adalah peta perang tersebut, rencana komprehensif dan terintegrasi yang dirancang untuk mencapai tujuan bisnis terutama dalam hal menjangkau konsumen, mengubah mereka dari sekadar aware menjadi loyal, dan akhirnya mendorong mereka untuk melakukan pembelian.

Intinya, strategi pemasaran menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar: Siapa target pelanggan ideal kita? Apa yang mereka butuhkan dan inginkan? Bagaimana cara terbaik untuk menjangkau dan berkomunikasi dengan mereka? Mengapa mereka harus memilih kita, dan bukan pesaing? Di mana dan Kapan kita harus menyampaikan pesan kita?

Jika taktik pemasaran (seperti membuat sebuah poster atau konten Instagram) adalah action nya, maka strategi adalah blueprint nya. Taktik tanpa strategi adalah bunyi-bunyian yang tidak memiliki irama dan arah.

Tujuan Strategi Pemasaran

Tujuan strategi pemasaran pada akhirnya adalah untuk meningkatkan penjualan dan profitabilitas. Namun, untuk mencapai tujuan akhir itu, ada beberapa tujuan intermediary yang harus dibangun terlebih dahulu:

1. Membangun Brand Awareness (Kesadaran Merek)

Orang tidak bisa membeli sesuatu yang tidak mereka ketahui keberadaannya. Tujuan di sini untuk membuat nama, logo, dan penawaran Anda dikenal oleh sebanyak mungkin orang dalam target pasar Anda.

2. Mendidik Pasar

Terkadang, pasar belum siap atau belum paham dengan solusi yang Anda tawarkan. Strategi pemasaran berperan untuk mendidik calon konsumen tentang masalah mereka dan bagaimana produk/jasa Anda menjadi solusi terbaik.

3. Menciptakan Lead dan Mendorong Konversi

“Lead” adalah calon pelanggan yang telah menunjukkan minet. Strategi pemasaran dirancang untuk mengumpulkan lead ini (misalnya, melalui newsletter sign-up) dan kemudian menuntun mereka melalui “journey” menuju titik pembelian (konversi).

4. Membangun Loyalitas Pelanggan

Mempertahankan pelanggan lama hampir selalu lebih murah daripada mencari yang baru. Strategi pemasaran yang baik tidak berhenti setelah penjualan; ia terus membina hubungan, memastikan kepuasan, dan mengubah pembeli satu kali menjadi advocate brand.

5. Membedakan Diri dari Pesaing (Differentiation)

Di pasar yang padat, strategi pemasaran membantu Anda menonjol. Ia menyoroti Unique Selling Proposition (USP) Anda—hal yang membuat Anda berbeda dan lebih unggul.

6. Menjaga Stabilitas Pasar

Dengan adanya strategi yang konsisten, sebuah brand dapat menciptakan posisinya yang stabil di benak konsumen, yang pada akhirnya juga membantu dalam menstabilkan harga dan permintaan.

Konsep-Konsep Kunci Sebelum Memilih Strategi

Sebelum memilih jenis strategi pemasaran mana yang akan digunakan, kamu harus melalui proses internal ini terlebih dahulu. Ini adalah fondasinya.

1. Segmentasi Pasar (Market Segmentation)

Kamu tidak bisa menjual kepada semua orang. Segmentasi adalah proses membagi pasar yang luas dan heterogen menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih homogen berdasarkan karakteristik tertentu. Cara memsegmentasinya antara lain:

  • Demografi (usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, pekerjaan),
  • Geografi (negara, kota, iklim, wilayah urban/rural),
  • Psikografi (gaya hidup, nilai-nilai, kepribadian, minat),
  • Perilaku (loyalitas, manfaat yang dicari, tingkat penggunaan, kesiapan membeli).

Dengan memahami segmen mana yang paling potensial, Anda bisa mengalokasikan sumber daya dengan lebih efisien.

2. Penentuan Pasar Sasaran (Targeting)

Setelah melakukan segmentasi, kamu memilih satu atau beberapa segmen yang paling menarik dan sesuai dengan kekuatan bisnis kamu. Proses ini disebut targeting.

3. Positioning

Positioning adalah tentang menciptakan citra atau persepsi tertentu tentang merek kamu di benak konsumen relatif terhadap pesaing. Hal Ini adalah janji yang harus di tepati. Volvo memposisikan diri sebagai “mobil paling aman.” Apple memposisikan diri sebagai yang “inovatif dan user-friendly.” Harley-Davidson memposisikan diri lebih dari sekadar motor, tapi sebuah “legenda dan kebebasan.” Positioning akan sangat menentukan nada, bahasa, dan saluran dari semua strategi pemasaran selanjutnya.

3. Marketing Mix (Bauran Pemasaran)

The 7Ps adalah alat taktis yang Anda kendalikan. Klasiknya adalah 4P, tetapi berkembang menjadi 7P untuk mencakup sektor jasa.

  • Product (Produk): Barang atau jasa yang ditawarkan, termasuk fitur, kualitas, desain, kemasan, dan garansi.
  • Price (Harga): Strategi penetapan harga, termasuk diskon, pembayaran cicilan, dan syarat pembayaran.
  • Place (Tempat/Distribusi): Di mana produk tersedia? Toko fisik, online, marketplace, distributor?
  • Promotion (Promosi): Inilah yang sering dikira sebagai pemasaran itu sendiri—iklan, PR, sales promotion, dll.
  • People (Orang): Setiap orang yang terlibat dalam menyampaikan produk, dari customer service sampai salesperson. Mereka adalah wajah brand Anda.
  • Process (Proses): Proses yang dialami pelanggan, dari pemesanan hingga pengiriman dan after-sales service.
  • Physical Evidence (Bukti Fisik): Environment tempat jasa diberikan. Untuk produk digital, bisa berupa interface website atau aplikasi.

Strategi pemasaran pada dasarnya adalah bagaimana mengombinasikan dan mengoptimalkan seluruh elemen 7P ini untuk mencapai tujuan positioning di target market yang telah dipilih.

Jenis-Jenis Strategi Pemasaran yang Harus di Kuasai

Berikut adalah jenis-jenis strategi pemasaran, dikelompokkan untuk memudahkan pemahaman.

A. Strategi Berdasarkan Saluran & Medium

1. Digital Marketing / Pemasaran Internet

Memanfaatkan kanal digital (website, mesin pencari, media sosial, email, aplikasi) untuk menjangkau dan terhubung dengan konsumen. Kekuatan: Terukur, dapat ditargetkan dengan sangat spesifik, jangkauan global, biaya relatif lebih efisien, dan ROI yang mudah dilacak. Bangun website yang profesional dan user-friendly. Gunakan Analytics (seperti Google Analytics) untuk melacak perilaku pengunjung. Kombinasikan dengan berbagai strategi digital lain di bawah ini.

2. Social Media Marketing (Pemasaran Media Sosial)

Memanfaatkan platform media sosial (Instagram, TikTok, Facebook, LinkedIn, Twitter, YouTube) untuk membangun brand, berinteraksi dengan audiens, dan mendorong traffic atau penjualan. Membangun komunitas, engagement yang tinggi, format konten yang sangat variatif (gambar, video, tulisan, live), cocok untuk humanizing brand. Pilih platform yang sesuai dengan target audiens Anda (e.g., LinkedIn untuk B2B, TikTok untuk Gen Z). Fokus pada memberikan nilai (educate, entertain, inspire), bukan hanya jualan. Gunakan fitur iklan berbayar yang disediakan untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan tertarget.

3. Content Marketing

Raja dari semua jenis strategi pemasaran digital yang berorientasi jangka panjang. Strategi ini menciptakan dan mendistribusikan konten yang berharga, relevan, dan konsisten untuk menarik dan mempertahankan audiens yang jelas ditentukan dengan tujuan akhir untuk mendorong profitabel customer action. Kekuatan: Membangun otoritas dan kepercayaan, menghasilkan lead berkualitas, mendukung SEO, biaya efektif dalam jangka panjang. Buat blog dan publikasi artikel yang menjawab pertanyaan atau masalah calon pelanggan. Kembangkan konten dalam format lain: ebook, webinar, podcast, infografis, video tutorial. Konsistensi adalah kunci.

4. Search Engine Optimization (SEO)

Seni dan ilmu mengoptimalkan website dan konten agar mendapatkan peringkat teratas di hasil pencarian organik mesin pencari (seperti Google) untuk kata kunci tertentu. Kekuatan: Menghasilkan traffic berkualitas tinggi dan gratis dalam jangka panjang, membangun kredibilitas (peringkat di halaman pertama Google ). SEO On-Page: Optimasi tag judul, meta deskripsi, struktur konten, kecepatan website, penggunaan heading (H1, H2, dll.). SEO Off-Page: Membangun backlink berkualitas dari website lain.Memastikan website mudah di-crawl dan di-index oleh mesin pencari.

5. Email Marketing

Mengirimkan pesan komersial yang ditargetkan kepada sekelompok orang via email. Bukan spam, tapi email yang diizinkan (permission-based). Kekuatan: Sangat personal, otomatis, langsung masuk ke “rumah” pelanggan, sempurna untuk nurturing lead dan membangun loyalitas. Kumpulkan alamat email secara legal (through lead magnet seperti ebook atau diskon). Segmentasi daftar email Anda (e.g., pelanggan baru vs lama). Kirimkan newsletter berkala, promo khusus, rekomendasi produk, atau konten eksklusif.

6. Search Engine Marketing (SEM) / Iklan Berbayar

Menampilkan iklan berbayar di halaman hasil mesin pencari (biasanya di bagian atas yang bertanda “Iklan”). Kamu membayar setiap kali iklan diklik (PPC). Kekuatan: Hasilnya sangat cepat, targetnya sangat spesifik (berdasarkan kata kunci yang dicari), dan terkontrol dengan baik. Gunakan platform seperti Google Ads. Lakukan riset kata kunci yang tepat. Buat copy iklan yang compelling dan arahkan ke landing page yang relevan.

7. Influencer Marketing

Berkolaborasi dengan individu (influencer) yang memiliki pengaruh dan audiens yang besar di media sosial untuk mempromosikan brand atau produk. Mencapai audiens yang sudah percaya pada si influencer, konten terasa lebih autentik, engagement rate yang tinggi. Pilih influencer yang align dengan nilai brand, bukan hanya yang follower-nya banyak. Berikan kebebasan kreatif kepada influencer agar kontennya tidak terasa kaku dan iklan. Bisa berupa bayaran, bagi hasil, atau pertukaran produk (barter).

B. Strategi Berdasarkan Pendekatan & Filosofi

8. Inbound Marketing

Metode yang berfokus pada menciptakan konten dan pengalaman yang berharga yang sesuai dengan minat dan masalah calon pelanggan, sehingga mereka secara sukarela datang kepada kamu. Kekuatan: Membangun hubungan yang lebih kuat, biaya akuisisi pelanggan lebih rendah, berkelanjutan. Kombinasi dari Content Marketing, SEO, Social Media Marketing—semua yang “menarik” pelanggan.

9. Outbound Marketing (Traditional Marketing)

Menyampaikan pesan pemasaran kepada audiens sebanyak mungkin, dengan harapan ada yang tertarik. Kekuatan: Jangkauan massal yang cepat, baik untuk membangun awareness awal. Misalnya: Iklan TV, radio, koran, billboard, telemarketing, direct mail. Kelemahan dari startegi ini karena biaya tinggi, sulit diukur, semakin diabaikan orang.

10. Guerrilla Marketing

Jenis strategi pemasaran yang menggunakan taktik yang tidak konvensional, kreatif, dan berbiaya rendah untuk mendapatkan perhatian maksimal. Mengejutkan audiens di tempat dan waktu yang tidak terduga dengan aksi yang memorable. Viral potential yang tinggi, biaya rendah, menciptakan buzz. misal, Flash mob, instalasi seni di tempat publik, stiker atau grafiti unik. Tantangan: Berisiko, bisa jadi kontroversial, efeknya seringkali jangka pendek.

11. Viral Marketing

Menciptakan konten atau kampanye yang didesain untuk menyebar dengan cepat dan luas dari satu orang ke orang lain, layaknya virus. Memanfaatkan jaringan sosial yang sudah ada untuk menghasilkan eksponensial growth dalam brand awareness. Jangkauan yang sangat luas dengan biaya minimal. Tantangannya sangat sulit diprediksi dan direkayasa. Kunci utamanya adalah konten yang sangat emosional, menghibur, atau kontroversial.

12. Relationship Marketing

Fokus pada membangun hubungan jangka panjang yang kuat dan loyal dengan pelanggan. Berpindah dari transaksi satu kali ke engagement berkelanjutan. Customer Lifetime Value (CLV) yang tinggi, mengurangi churn rate, menciptakan brand advocates. Menerapkannya melalui Program loyalitas (point, membership). Komunikasi personal (ucapan ulang tahun, follow-up setelah pembelian). Meminta dan menindaklanjuti feedback.

13. Transactional Marketing

Kebalikan dari relationship marketing. Fokus pada memaksimalkan jumlah transaksi individu. Berorientasi pada penjualan saat ini juga, dengan insentif seperti diskon atau penawaran terbatas. Meningkatkan penjualan dalam jangka pendek dengan cepat. Kelemahan: Tidak membangun loyalitas, pelanggan hanya mencari harga terbaik.

C. Strategi Khusus & Taktik

14. Direct Selling (Penjualan Langsung)

Menjual produk langsung ke konsumen di luar lokasi retail, biasanya melalui demonstrasi one-on-one atau party plan. Misalnya Avon, Tupperware, Amway. Kekuatan jenis strategi pemasaran ini terletak pada pengalaman personal, demonstrasi produk yang jelas. Tantangannya bergantung pada keterampilan tenaga penjual, reputasi yang sometimes kurang bagus.

15. Affiliate Marketing

Strategi performance-based di mana sebuah bisnis memberi reward kepada affiliate (publisher) untuk setiap visitor atau customer yang dihasilkan oleh marketing effort affiliate tersebut. “You promote, I pay.” Biasanya menggunakan link khusus untuk melacak. Kekuatan: Bayar hanya untuk hasil (sale, lead, click), menjangkau audiens baru tanpa biaya upfront. Contohnya blogger yang mereview produk dan mendapatkan komisi dari setiap pembelian yang terjadi melalui link mereka.

16. Cause Marketing / Cause-Related Marketing

Kolaborasi antara sebuah perusahaan dan non-profit organization untuk tujuan sosial dan komersial. “Belilah produk kami, dan sebagian keuntungan akan kami donasikan untuk [sebab sosial].” Inilah yang akan meningkatkan citra brand, membangun emotional connection dengan konsumen yang peduli.

17. Undercover Marketing (Stealth Marketing)

Memasarkan produk kepada konsumen tanpa mereka menyadari bahwa mereka sedang menjadi target pemasaran. misalnya seorang aktor pura-pura sebagai tourists meminta orang lain untuk memfoto mereka dengan produk tertentu di tempat umum. Terasa autentik karena tidak seperti iklan. Berisiko etika, jika ketahuan bisa backlash dan merusak kepercayaan.

18. Diversity Marketing

Menargetkan pemasaran kepada kelompok-kelompok dengan latar belakang etnis, budaya, atau demografi yang spesifik. Mengakui dan merayakan perbedaan, bukan mengabaikannya. Menciptakan kampanye yang resonate dengan kelompok tertentu. contohnya produk kecantikan dengan range shade foundation yang sangat luas untuk semua warna kulit. hal ini akan membangun inklusivitas dan merebut pasar niche yang mungkin diabaikan pesaing.

Cara Memilih dan Mengimplementasikan Strategi yang Tepat

Memiliki daftar strategi saja tidak cukup. Seni sebenarnya terletak pada memilih kombinasi yang tepat untuk bisnis. Langkah-langkah memilih strategi pemasaran

  • Apa tujuan bisnis kamu? Apa USP kamu? Apa anggaran kamu? Apa kekuatan dan kelemahan internal?
  • Pahami target audience secara mendalam. Dimana mereka menghabiskan waktu? (Online? Instagram atau LinkedIn? Offline? Acara apa yang mereka hadiri?). Apa yang mereka pedulikan? Bagaimana mereka lebih suka berkomunikasi? Buat buyer persona yang detail.
  • Strategi apa yang digunakan pesaing? Apa yang bekerja untuk mereka? Apa celah yang bisa kamu isi?
  • Tentukan Tujuan Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound. Misalnya, “Menambah 1000 subscriber email dalam 3 bulan” bukan “Meningkatkan brand awareness.”
  • Jarang sekali satu strategi cukup. Pilih mix yang saling melengkapi. B2B (Business-to-Business): LinkedIn Marketing, Content Marketing (whitepaper, webinar), Email Marketing, SEO. B2C (Business-to-Consumer) dengan visual kuat: Instagram, TikTok, Influencer Marketing. Lokal / UMKM: Google My Business (SEO Lokal), Facebook Groups komunitas, Instagram.
  • Alokasikan budget dan sumber daya misalnya berapa yang bisa dikeluarkan? Apakah kamu memiliki tim untuk membuat konten atau harus outsourcing?
  • Jadwalkal semua aktivitas pemasaran. Konsistensi adalah kunci.
  • Gunakan tools analytics. Lihat apa yang bekerja (dan apa yang tidak). Jangan takut untuk mengubah strategi yang tidak memberikan hasil. Pemasaran adalah tentang eksperimen dan perbaikan terus-menerus.

Beberapa kesalahan umum yang harus dihindari:

  • Fokuslah pada beberapa strategi inti yang paling promising, lakukan dengan excellent, baru kemudian ekspansi.
  • Konsistensi yang buruk seperti posting 10 kali seminggu lalu menghilang selama sebulan adalah resep kegagalan.
  • Terlalu pushy akan mengusir audiens. Fokus pada memberikan nilai terlebih dahulu.
  • Jangan hanya mengandalkan feeling. Data dari analytics akan memberitahu cerita yang sebenarnya.
  • Konten yang sama persis tidak bisa di-copy-paste dari Instagram ke LinkedIn. Sesuaikan gaya dan formatnya.

Jenis strategi pemasaran yang telah kita bahas adalah alat-alat. Seperti seorang tukang kayu yang ahli, keahlian Anda terletak pada mengetahui alat mana yang harus digunakan pada waktu yang tepat, untuk bahan yang tepat, untuk menciptakan sebuah mahakarya.

Mulailah dari yang kecil. Fokus pada satu atau dua strategi. Kuasai mereka. Bangun hubungan dengan audiens, satu konten, satu interaksi pada satu waktu. Dengarkan umpan balik mereka, pelajari data yang ada, dan berani beradaptasi. Semoga bermanfaat.

Baca juga:

Referensi

  1. Verma, S., & Yadav, N. (2021). Past, present, and future of electronic word of mouth (EWOM). Journal of Interactive Marketing, *53*, 111-128. https://doi.org/10.1016/j.intmar.2020.07.001
  2. Yadav, M., & Rahman, Z. (2017). Measuring consumer perception of social media marketing activities in e-commerce industry: Scale development & validation. Telematics and Informatics, *34*(7), 1294-1307. https://doi.org/10.1016/j.tele.2017.06.001
  3. Choi, Y., & Thoeni, A. (2016). Social media marketing: Applying the uses and gratifications theory in the hotel industry. Journal of Hospitality Marketing & Management, *25*(7), 791-811. https://doi.org/10.1080/19368623.2016.1100102
  4. De Pelsmacker, P., van Tilburg, S., & Holthof, C. (2018). Digital marketing strategies, online reviews and hotel performance. International Journal of Hospitality Management, *72*, 47-55. https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2018.01.003
  5. Djafarova, E., & Rushworth, C. (2017). Exploring the credibility of online celebrities’ Instagram profiles in influencing the purchase decisions of young female users. Computers in Human Behavior, *68*, 1-7. https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.11.009
  6. Holliman, G., & Rowley, J. (2014). Business to business digital content marketing: Marketers’ perceptions of best practice. Journal of Research in Interactive Marketing, *8*(4), 269-293. https://doi.org/10.1108/JRIM-02-2014-0013
  7. Lamberton, C., & Stephen, A. T. (2016). A thematic exploration of digital, social media, and mobile marketing: Research evolution from 2000 to 2015 and an agenda for future inquiry. Journal of Marketing, *80*(6), 146-172. https://doi.org/10.1509/jm.15.0415
  8. Pansari, A., & Kumar, V. (2017). Customer engagement: The construct, antecedents, and consequences. Journal of the Academy of Marketing Science, *45*(3), 294-311. https://doi.org/10.1007/s11747-016-0485-6
  9. Chaffey, D., & Ellis-Chadwick, F. (2022). Digital marketing (8th ed.). Pearson.
  10. Kotler, P., & Keller, K. L. (2022). Marketing management (16th ed.). Pearson.
  11. Ryan, D. (2023). Understanding digital marketing: Marketing strategies for engaging the digital generation (5th ed.). Kogan Page.
Scroll to Top