Gejala Omicron pada Remaja – Varian Omicron telah menjadi varian COVID-19 yang paling menular dibandingkan varian sebelumnya, termasuk Delta. Berbeda dengan varian sebelumnya yang lebih banyak menyerang kelompok lansia, varian Omicron menunjukkan kemampuan yang signifikan dalam menginfeksi berbagai kelompok usia, termasuk remaja. Data dari berbagai lembaga kesehatan global menunjukkan bahwa kelompok usia 18-39 tahun, yang mencakup remaja dan dewasa muda, menjadi kelompok yang paling rentan terhadap infeksi varian ini. Pemahaman mengenai gejala Omicron pada remaja menjadi krusial bagi orang tua, pendidik, dan tentunya remaja sendiri.
Apa Itu Varian Omicron dan Bagaimana Perbedaannya dengan Varian Lain?
Varian Omicron (B.1.1.529) pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada November 2021 dan dengan cepat menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan Omicron sebagai Variant of Concern (VOC) karena karakteristiknya yang berbeda dengan varian sebelumnya.
Beberapa karakteristik khas varian Omicron adalah:
- Omicron memiliki kemampuan penularan 2-3 kali lebih cepat dibandingkan varian Delta.
- Gejala dapat muncul dalam 3-5 hari setelah terpapar, lebih cepat dari varian sebelumnya yang membutuhkan 5-14 hari.
- Meskipun lebih menular, keparahan gejala Omicron umumnya lebih ringan, terutama pada individu yang telah divaksinasi.
- Vaksin COVID-19 tetap memberikan perlindungan terhadap risiko sakit berat dan kematian, meskipun efektivitasnya terhadap infeksi simtomatik menurun.
Mengapa Remaja Rentan Terinfeksi Varian Omicron?
Remaja termasuk dalam kelompok usia yang paling aktif secara sosial, baik melalui kegiatan sekolah, ekstrakurikuler, maupun pertemuan dengan teman sebaya. Aktivitas sosial yang tinggi ini meningkatkan potensi paparan dan penularan virus. Selain itu, beberapa faktor lain yang membuat remaja rentan terhadap infeksi Omicron adalah:
- Meskipun program vaksinasi untuk remaja telah dilaksanakan, cakupannya masih belum seluas kelompok dewasa.
- Seiring berjalannya waktu, banyak remaja yang mengalami kelelahan terhadap penerapan protokol kesehatan.
- Studi menunjukkan bahwa Omicron lebih mudah menginfeksi saluran pernapasan atas dibandingkan paru-paru, membuatnya lebih mudah menyebar melalui droplet dan partikel aerosol.
Gejala Omicron pada Remaja
Meskipun gejala Omicron pada remaja umumnya ringan, pemahaman yang tepat tentang manifestasi klinisnya penting untuk deteksi dini dan pencegahan penularan lebih lanjut. Berikut adalah gejala-gejala yang paling sering dilaporkan:
1. Sakit Tenggorokan
Sakit tenggorokan merupakan gejala Omicron yang paling umum dan sering menjadi tanda awal infeksi. Menurut dr. Allison Arwady, Komisaris Departemen Kesehatan Masyarakat Chicago, sakit tenggorokan adalah gejala yang paling sering ditemukan pada kelompok orang dengan gejala ringan. Rasa sakit yang dirasakan bisa bervariasi, dari sekadar rasa gatal hingga nyeri yang mengganggu saat menelan.
2. Batuk
Batuk terus-menerus tanpa produksi dahak (batuk kering) juga menjadi gejala umum COVID-19 pada remaja. Menurut dr. Laraine Washer, seorang dokter di Michigan, batuk dan kelelahan menjadi gejala umum bagi orang yang terpapar Omicron. Berbeda dengan varian sebelumnya yang lebih sering menyerang paru-paru, Omicron cenderung menyerang saluran pernapasan atas.
3. Hidung Tersumbat dan Pilek
Gejala saluran pernapasan atas seperti hidung tersumbat dan pilek sangat umum ditemukan pada remaja yang terinfeksi Omicron. dr. Erlina Burhan, Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menegaskan bahwa salah satu gejala Omicron adalah hidung tersumbat yang mirip dengan flu biasa.
4. Kelelahan
Kelelahan yang tidak biasa atau rasa lemas yang signifikan sering dilaporkan oleh remaja yang terinfeksi Omicron. Lauren Ferrante, pulmonolog dari Yale Medicine, menyatakan bahwa laporan dari Afrika Selatan menunjukkan banyak pasien muda yang mengalami kelelahan parah sebagai gejala utama.
5. Demam
Demam ringan hingga sedang merupakan respons umum tubuh terhadap infeksi virus, termasuk Omicron. Pada remaja, demam karena Omicron biasanya tidak setinggi pada varian Delta dan lebih mudah dikendalikan dengan obat penurun panas.
6. Sakit Kepala
Sakit kepala menjadi gejala yang cukup sering dialami remaja dengan COVID-19 varian Omicron. Rasa sakitnya bisa bervariasi, dari ringan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
7. Nyeri Otot
Remaja yang terinfeksi Omicron mungkin mengalami nyeri otot atau tubuh terasa pegal-pegal, terutama di area punggung dan kaki.
8. Gejala Lainnya
Meskipun lebih jarang, beberapa remaja mungkin mengalami gejala tambahan seperti:
- Bersin-bersin
- Gangguan pencernaan (mual, muntah, atau diare)
- Suara serak
- Kehilangan nafsu makan
Perbedaan Gejala Omicron dengan Varian Lain dan Flu Biasa
Memahami perbedaan gejala Omicron dengan varian COVID-19 sebelumnya serta flu biasa penting untuk penanganan yang tepat. Berikut adalah tabel perbandingannya:
Gejala | Omicron | Delta | Flu Biasa |
---|---|---|---|
Demam | Ringan-sedang | Tinggi | Ringan-tinggi |
Batuk | Kering, ringan-sedang | Kering, bisa berat | Bervariasi |
Kehilangan rasa/penciuman | Jarang | Sering | Jarang |
Sakit Tenggorokan | Sangat umum | Umum | Umum |
Hidung Tersumbat/Pilek | Sangat umum | Umum | Sangat umum |
Sesak Napas | Jarang | Lebih sering | Jarang |
Kelelahan | Umum | Umum | Umum |
Nyeri Otot | Umum | Umum | Umum |
Sakit Kepala | Umum | Umum | Umum |
Sumber: University of California Davis Health dan PDPI
Dean Blumberg, kepala penyakit menular pediatrik di Rumah Sakit Anak UC Davis, menegaskan bahwa varian Omicron memicu gejala yang mirip dengan varian COVID-19 lainnya, seperti Delta, tetapi secara umum lebih ringan.
Bagaimana Gejala Omicron pada Remaja yang Sudah Divaksin vs Belum Divaksin?
Status vaksinasi memengaruhi manifestasi gejala Omicron pada remaja. Berikut perbedaannya:
1. Remaja yang Sudah Divaksinasi Lengkap
- Gejala lebih ringan dan menyerupai flu biasa
- Masa sakit lebih pendek
- Risiko rawat inap sangat rendah
- Gejala yang dominan: sakit tenggorokan, pilek, dan kelelahan
2. Remaja yang Belum Divaksinasi
- Gejala mungkin lebih berat
- Durasi sakit lebih panjang
- Risiko komplikasi lebih tinggi, meskipun masih lebih rendah dibandingkan varian Delta
- Kemungkinan mengalami demam lebih tinggi dan batuk lebih berat
dr. Stephanie Sterling, dokter penyakit menular NYU Langone Health, menyatakan, “Varian Omicron bertindak kurang lebih sama seperti virus Corona biasa, gejala yang ditimbulkan seperti terserang flu.” Namun, ia menekankan pentingnya vaksinasi untuk mengurangi risiko gejala berat.
Kapan Harus Mencari Pertolongan Medis?
Meskipun sebagian besar kasus Omicron pada remaja bersifat ringan, orang tua perlu waspada dan segera mencari pertolongan medis jika muncul gejala-gejala berikut:
- Kesulitan bernapas atau sesak napas
- Nyeri dada yang menetap
- Kebingungan atau disorientasi
- Kesulitan bangun atau tetap terjaga
- Wajah atau bibir pucat/kebiruan
- Demam tinggi yang tidak turun dengan obat penurun panas
- Dehidrasi (jarang buang air kecil, mulut kering, tidak ada air mata saat menangis)
Cara Mengatasi Omicron pada Remaja
Jika remaja terkonfirmasi positif COVID-19 varian Omicron, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1. Isolasi Mandiri
Lakukan isolasi mandiri dengan memisahkan remaja di ruangan yang terpisah dan memiliki ventilasi udara yang baik. Jika memungkinkan, gunakanlah kamar mandi yang terpisah dari anggota keluarga lainnya. Interaksi dengan anggota keluarga lain harus dibatasi secara ketat. Durasi isolasi umumnya adalah 10 hari, dihitung sejak munculnya gejala atau hasil tes positif, dengan syarat utama bahwa penderita sudah tidak demam selama 24 jam tanpa bantuan obat penurun panas dan gejala lainnya telah menunjukkan perbaikan.
2. Terapi Simtomatik
Untuk menangani demam dan nyeri, dapat digunakan Parasetamol atau Ibuprofen dengan dosis yang sesuai. Gejala batuk dapat diatasi dengan obat batuk atau madu, khusus untuk remaja di atas usia satu tahun. Sementara untuk hidung tersumbat, semprotan saline atau obat dekongestan dapat digunakan sesuai dengan anjuran dokter. Yang tidak kalah penting adalah memastikan bahwa remaja mendapatkan istirahat yang cukup.
3. Monitoring Ketat
Lakukan pemantauan atau monitoring yang ketat terhadap kondisi remaja. Pantau suhu tubuhnya secara berkala, amati dengan cermat setiap perkembangan gejala pernapasan yang dialami, dan pastikan asupan cairan serta nutrisi tetap tercukupi dengan baik.
4. Konsultasi Telemedicine
Manfaatkan layanan konsultasi telemedicine. Layanan ini memungkinkan keluarga untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional tanpa perlu keluar rumah, sehingga tetap dapat menjalankan protokol isolasi dengan baik.
Pencegahan Penularan Omicron pada Remaja
Langkah-langkah pencegahan tetap menjadi strategi terpenting dalam menghadapi varian Omicron:
1. Vaksinasi Lengkap dan Booster
Upaya pertama adalah vaksinasi lengkap dan booster. Vaksin COVID-19 telah terbukti efektif mengurangi risiko sakit berat dan kematian akibat Omicron. Remaja yang sudah memenuhi syarat harus mendapatkan vaksinasi lengkap termasuk dosis booster untuk meningkatkan perlindungan tubuh.
2. Disiplin Protokol Kesehatan
Hal ini mencakup penggunaan masker yang tepat, dimana masker medis atau N95/KN95 lebih direkomendasikan untuk perlindungan optimal. Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer juga sangat penting. Selalu menjaga jarak fisik minimal 1 meter dari orang lain, serta menghindari kerumunan dan ruang tertutup dengan ventilasi buruk.
3. Penguatan Sistem Imun
Menerapkan pola makan bergizi seimbang dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur, terutama makanan tinggi vitamin C seperti jambu biji, jeruk, dan kiwi. Memastikan istirahat yang cukup, dimana remaja disarankan tidur 8-10 jam per hari, melakukan olahraga teratur, dan mengelola stres dengan baik.
4. Testing dan Tracing
Komitmen terhadap testing dan tracing. Segera lakukan tes jika mengalami gejala atau memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi, serta mematuhi ketentuan karantina jika teridentifikasi
Dampak Jangka Panjang dan Long COVID pada Remaja
Meskipun gejala akut Omicron umumnya ringan, remaja tetap berisiko mengalami long COVID atau kondisi pasca-COVID-19. Gejala long COVID yang mungkin terjadi termasuk:
- Kelelahan menetap
- Gangguan konsentrasi dan memori (brain fog)
- Nyeri sendi atau otot
- Batuk berkepanjangan
- Gangguan mood seperti ansietas atau depresi
Studi masih berlangsung untuk memahami lebih jauh tentang long COVID pasca-infeksi Omicron, terutama pada populasi remaja.
Orang tua dan remaja disarankan untuk tetap mengikuti perkembangan informasi terbaru dari sumber resmi seperti Kementerian Kesehatan RI dan WHO, serta segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan jika muncul gejala yang mengkhawatirkan. Dengan pemahaman yang tepat dan langkah pencegahan yang komprehensif, kita dapat melindungi generasi muda dari dampak buruk COVID-19 varian Omicron.
Baca juga:
- Ini 9 Manfaat Echinacea bagi Kesehatan Tubuh
- Rahasia Vitalitas dan Libido dengan 9 Khasiat Kurma untuk Pria
- Solusi Alami Kesehatan dengan 8 Manfaat Daun Pecah Beling
- Berikut ini Fakta 7 Manfaat Ikan Gabus untuk Ibu Menyusui
- Buat Sendiri di Rumah dan Rasakan 12 Manfaat Jus Seledri
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apakah remaja perlu khawatir tentang varian Omicron?
Meskipun Omicron umumnya menyebabkan gejala ringan pada remaja, tetap perlu diwaspadai karena penularannya yang sangat cepat. Remaja dengan komorbiditas seperti obesitas, asma, diabetes, atau imunokompromais memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala berat.
2. Berapa lama gejala Omicron berlangsung pada remaja?
Pada remaja dengan sistem imun baik dan sudah divaksinasi, gejala biasanya membaik dalam 5-7 hari. Kelelahan mungkin bertahan sedikit lebih lama.
3. Apakah remaja yang sudah pernah kena COVID-19 bisa terinfeksi Omicron?
Ya, infeksi sebelumnya tidak memberikan imunitas lengkap terhadap Omicron karena kemampuannya menghindari respons imun. Namun, infeksi sebelumnya biasanya memberikan perlindungan terhadap risiko sakit berat.
4. Kapan remaja yang terinfeksi Omicron boleh kembali beraktivitas normal?
Remaja dapat kembali beraktivitas setelah:
- Menyelesaikan masa isolasi minimal 10 hari
- Sudah tidak demam selama 24 jam tanpa bantuan obat penurun demam
- Gejala pernapasan sudah membaik significantly
5. Bagaimana membedakan gejala Omicron dengan alergi musiman?
Gejala alergi biasanya disertai dengan gatal pada mata, hidung, atau tenggorokan, yang jarang ditemukan pada infeksi Omicron. Selain itu, alergi tidak menyebabkan demam atau nyeri tubuh.
6. Apakah tes antigen cukup akurat untuk mendeteksi Omicron pada remaja?
Tes antigen cukup akurat terutama jika dilakukan saat bergejala. Namun, jika hasil tes antigen negatif tetapi gejala kuat mengarah ke COVID-19, disarankan untuk konfirmasi dengan tes PCR.
7. Bagaimana cara meyakinkan remaja yang cemas tentang Omicron?
Berikan informasi faktual tanpa menimbulkan kepanikan, tekankan bahwa sebagian besar kasus pada remaja bersifat ringan, dan fokus pada langkah-langkah pencegahan yang bisa mereka kontrol seperti vaksinasi dan protokol kesehatan.
Referensi
- Abdullah, F., Myers, J., Basu, D., Tintinger, G., Ueckermann, V., Mathebula, M., … & Blumberg, L. (2022). Decreased severity of disease during the first global omicron variant covid-19 outbreak in a large hospital in tshwane, south africa. International Journal of Infectious Diseases, 116, 38-42. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2021.12.357
- Hansen, C. H., Schelde, A. B., Moustsen-Helm, I. R., Emborg, H. D., Krause, T. G., Mølbak, K., & Valentiner-Branth, P. (2022). Vaccine effectiveness against SARS-CoV-2 infection with the Omicron or Delta variants following a two-dose or booster BNT162b2 or mRNA-1273 vaccination series: A Danish cohort study. medRxiv. https://doi.org/10.1101/2021.12.20.21267966
- Iketani, S., Liu, L., Guo, Y., Liu, L., Chan, J. F., Huang, Y., … & Ho, D. D. (2022). Antibody evasion properties of SARS-CoV-2 Omicron sublineages. Nature, 604(7906), 553-556. https://doi.org/10.1038/s41586-022-04594-4
- Maslo, C., Friedland, R., Toubkin, M., Laubscher, A., Akaloo, T., & Kama, B. (2022). Characteristics and outcomes of hospitalized patients in South Africa during the COVID-19 Omicron wave compared with previous waves. JAMA, 327(6), 583-584. https://doi.org/10.1001/jama.2021.24868
- Sigal, A., Milo, R., & Jassat, W. (2022). Estimating disease severity of Omicron and Delta SARS-CoV-2 infections. Nature Reviews Immunology, 22(5), 267-269. https://doi.org/10.1038/s41577-022-00720-5
- Ulloa, A. C., Buchan, S. A., Daneman, N., & Brown, K. A. (2022). Estimates of SARS-CoV-2 Omicron variant severity in Ontario, Canada. JAMA, 327(13), 1286-1288. https://doi.org/10.1001/jama.2022.2274
- Brandal, L. T., MacDonald, E., Veneti, L., Ravlo, T., Lange, H., Naseer, U., … & Vold, L. (2021). Outbreak caused by the SARS-CoV-2 Omicron variant in Norway, November to December 2021. Eurosurveillance, 26(50), 2101147. https://doi.org/10.2807/1560-7917.ES.2021.26.50.2101147
- Espenhain, L., Funk, T., Overvad, M., Edslev, S. M., Fonager, J., Ingham, A. C., … & Müller, M. (2021). Epidemiological characterisation of the first 785 SARS-CoV-2 Omicron variant cases in Denmark, December 2021. Eurosurveillance, 26(50), 2101146. https://doi.org/10.2807/1560-7917.ES.2021.26.50.2101146
- Pulliam, J. R., van Schalkwyk, C., Govender, N., von Gottberg, A., Cohen, C., Groome, M. J., … & Moultrie, H. (2022). Increased risk of SARS-CoV-2 reinfection associated with emergence of Omicron in South Africa. Science, 376(6593), eabn4947. https://doi.org/10.1126/science.abn4947