Manfaat Tanaman Kumis Kucing – Dengan nama latin Orthosiphon stamineus atau Orthosiphon aristatus, lebih dikenal dengan sebutan Tanaman kumis kucing merupakan salah satu tanaman herbal yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional di berbagai negara, termasuk Indonesia. Tumbuhan ini dikenal memiliki beragam manfaat bagi kesehatan berkat kandungan senyawa aktif yang dimilikinya.
Nutrisi dan Senyawa Bioaktif dalam Tanaman Kumis Kucing
Manfaat kesehatannya terutama berasal dari berbagai senyawa bioaktif potensial yang dikandungnya, termasuk flavonoid, senyawa fenolik, minyak atsiri, dan saponin. Berikut adalah daftar kandungan senyawa bioaktif utamanya:
- Flavonoid:
- Sinensetin (5,6,7,3′,4′-pentamethoxyflavone)
- Eupatorin (5,3′-dihydroxy-6,7,4′-trimethoxyflavone)
- 3′-Hydroxy-5,6,7,4′-tetramethoxyflavone (TMF)
- Rosmarinic Acid (asam rosmarinat)
- Scutellarein
- Tetramethylscutellarein
- Senyawa Fenolik:
- Asam Kafeat (Caffeic acid)
- Asam Rosmarinat (Rosmarinic acid) – juga dikategorikan sebagai flavonoid.
- Saponin.
- Minyak Atsiri (Volatile Oil):
- β-caryophyllene
- α-pinene
- limonene
- eugenol
- Glikosida:
- OrthosiphoninÂ
- Triterpenoid:
- Asam Ursolat (Ursolic acid)
- Asam Oleanolat (Oleanolic acid)
- Kalium
Berbagai Manfaat Tanaman Kumis Kucing bagi Kesehatan

Berikut ini manfaat tanaman kumis kucing bagi kesehatan.
1. Mencegah dan Mengatasi Tekanan Darah Tinggi
Kumis kucing memiliki kemampuan untuk membantu menurunkan tekanan darah berkat kandungan asam rosmarinat dan senyawa antioksidannya, hal tersebut telah diungkapkan pada beberapa penenlitian ilmiah. Senyawa ini bekerja dengan cara melenturkan pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lebih lancar. Bagi penderita hipertensi, teh kumis kucing bisa menjadi alternatif pengobatan alami yang efektif. Namun, tetap penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsinya secara rutin.
2. Mengatasi Gangguan pada Ginjal
Salah satu manfaat utama dari kumis kucing adalah kemampuannya dalam menjaga kesehatan ginjal. Penelitian ilmiah membuktikan, senyawa glikosida orthosiphonin yang terkandung di dalamnya berperan dalam melarutkan batu ginjal serta membantu mencegah pembentukan batu ginjal baru. Selain itu, sifat diuretik dari tanaman ini membantu meningkatkan produksi urin sehingga racun dan zat berlebih dalam tubuh dapat dikeluarkan dengan lebih mudah.
3. Meningkatkan Kesehatan Saluran Kemih
Kumis kucing juga dikenal efektif dalam mengatasi infeksi saluran kemih (ISK). Kandungan antimikroba dan antijamur pada tanaman ini membantu melawan bakteri penyebab infeksi, seperti Escherichia coli. Dengan mengonsumsi teh kumis kucing secara rutin, kamu dapat mencegah sekaligus mengatasi masalah pada saluran kemih.
4. Mencegah dan Mengontrol Diabetes
Kumis kucing sangat bermanfaat bagi penderita diabetes. Studi ilmiah mengungkapkan, kandungan senyawa seperti asam ursolat dan oleanolat diketahui dapat membantu menurunkan kadar gula darah dalam tubuh secara alami. Tanaman ini juga berperan dalam merangsang produksi hormon leptin, yang membantu mengatur nafsu makan dan meningkatkan metabolisme glukosa. Dengan demikian, kumis kucing menjadi pilihan yang sangat bermanfaat dalam mengelola diabetes.
5. Sebagai Detoks Alami
Tanaman kumis kucing dikenal memiliki kemampuan sebagai agen detoksifikasi alami. Sifat diuretiknya memacu tubuh untuk membuang racun dan limbah melalui urin. Hal ini membantu tubuh dalam membersihkan diri secara alami, meningkatkan fungsi metabolisme, dan membuat tubuh lebih sehat. Proses detoksifikasi ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan tubuh dan memperbaiki sistem pencernaan.
6. Meringankan Gejala Rematik dan Asam Urat
Bagi yang menderita rematik atau memiliki kadar asam urat tinggi, kumis kucing bisa menjadi solusi alami yang sangat berguna. Beberapa penenlitian ilmiah menunjukan, kandungan antiinflamasi dalam tanaman ini membantu mengurangi peradangan pada sendi dan meredakan rasa sakit yang disebabkan oleh asam urat. Dengan mengonsumsinya secara rutin, kamu dapat merasakan pengurangan gejala nyeri yang disebabkan oleh kondisi ini.
7. Mengatasi Infeksi Jamur
Tanaman ini memiliki sifat antijamur yang efektif untuk mengatasi berbagai infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur, seperti Candida albicans. Penggunaan kumis kucing dalam bentuk teh atau salep herbal untuk aplikasi luar dapat membantu mengobati infeksi kulit dan mempercepat proses penyembuhan jamur pada kulit. Ini juga bisa menjadi pilihan pengobatan alternatif yang aman dan alami.
8. Meningkatkan Sistem Imun
Tanaman kumis kucing mengandung flavonoid dan saponin, dua senyawa yang dikenal dapat meningkatkan sistem imun tubuh. Dengan mengonsumsi tanaman ini, tubuh akan lebih tahan terhadap serangan berbagai infeksi bakteri, virus, dan jamur. Oleh karena itu, kumis kucing bisa menjadi pilihan yang baik untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh secara alami dan menjaga tubuh tetap sehat.
9. Mendukung Penurunan Berat Badan
Sebagai bagian dari proses detoksifikasi, kumis kucing juga sangat membantu dalam mengurangi retensi cairan dalam tubuh. Hal ini membuatnya bermanfaat bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan secara alami. Selain itu, kandungan leptin pada kumis kucing dapat membantu mengontrol nafsu makan, sehingga Anda merasa kenyang lebih lama dan tidak mudah tergoda untuk makan berlebihan. Ini membantu dalam upaya penurunan berat badan yang lebih terkontrol.
10. Membantu Masalah Pernapasan
Kumis kucing juga memiliki manfaat untuk membantu mengatasi masalah pernapasan, seperti asma dan batuk kronis. Senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman ini membantu meredakan inflamasi pada saluran napas dan meningkatkan kelancaran pernapasan. Bagi kamu yang menderita masalah pernapasan, mengonsumsi kumis kucing dapat memberikan kelegaan dan membantu mempermudah pernapasan.
Cara Mengolah dan Mengonsumsi Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)
Tanaman Kumis Kucing dapat diolah dengan beberapa metode. Penting untuk menggunakan daun yang bersih, bebas dari pestisida, dan berasal dari sumber yang terpercaya.
1. Teh Herbal Kumis Kucing (Metode Seduh)
Ini adalah metode yang paling umum dan praktis.
- Bahan:
- 7-10 lembar daun segar atau 1-2 sendok makan daun kering.
- 200-250 ml air mendidih.
- Cara Membuat:
- Cuci bersih daun segar (jika digunakan).
- Masukkan daun ke dalam cangkir atau teko.
- Tuangkan air mendidih ke atasnya.
- Tutup dan biarkan terendam (steep) selama 5-10 menit agar senyawa aktifnya terlarut dengan baik.
- Saring airnya untuk memisahkan daun.
- Teh siap diminum. Dapat dinikmati dalam keadaan hangat atau dingin.
Rasa tehnya cenderung ringan dan sedikit mirip rumput (grassy). Anda bisa menambahkan seiris lemon atau sedikit madu jika kurang menyukai rasanya.
2. Ramuan Rebusan (Decoction)
Metode ini dianggap dapat mengekstrak lebih banyak senyawa aktif, terutama dari daun yang lebih keras atau batangnya.
- Bahan:
- Segenggam daun kumis kucing segar atau kering.
- 500-600 ml air.
- Cara Membuat:
- Cuci bersih daun.
- Didihkan air dalam panci.
- Masukkan daun ke dalam air yang mendidih.
- Kecilkan api dan biarkan mendidih perlahan (simmer) selama 10-15 menit.
- Matikan api, saring, dan biarkan hingga hangat.
- Air rebusan dapat dibagi untuk 2-3 kali konsumsi dalam sehari.
3. Kombinasi dengan Herbal Lain (Formula Tradisional)
Untuk manfaat tertentu, Kumis Kucing sering direbus bersama dengan herbal lain:
- Untuk Hipertensi atau Ginjal dapat ditambahkan daun seledri atau daun alpukat.
- Untuk Meningkatkan Imun atau Rasa dapat ditambahkan jahe (menghangatkan) atau kayu manis.
- Untuk Diabetes, kadang dikombinasikan dengan daun sambiloto.
Rebus semua bahan bersama-sama dengan metode decoction di atas.
4. Kapsul atau Ekstrak Cair (Suplemen)
Bentuk ini paling praktis, terutama untuk mereka yang mobilitasnya tinggi atau tidak suka dengan rasa teh herbal.
- Kelebihan:
- Dosisnya sudah terukur.
- Praktis dan mudah dibawa.
- Tidak memiliki rasa yang kuat.
- Hal yang Perlu Diperhatikan:
- Pastikan produk telah terdaftar di BPOM RI.
- IJangan melebihi dosis yang tercantum pada tabel.
- Pilih produk yang menyebutkan standarisasi ekstrak (jika ada), misalnya “standar mengandung sinensetin X%”.
Efek Samping dan Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengonsumsi Kumis Kucing
Meskipun umumnya dianggap aman ketika digunakan secara tepat, Kumis Kucing tidak bebas dari potensi risiko. Konsultasi dengan tenaga medis sebelum mengonsumsinya sangatlah mutlak.
1. Interaksi Obat (Drug Interactions)
Ini adalah hal yang paling perlu diwaspadai. Kumis Kucing dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat:
- Efek aditif karena Kumis Kucing sendiri bersifat diuretik kuat, mengonsumsinya bersamaan dengan obat diuretik (Pil Air) seperti Furosemide, Hydrochlorothiazide, dll dapat menyebabkan dehidrasi berlebihan dan ketidakseimbangan elektrolit (seperti kekurangan kalium/natrium), yang memicu lemas, kram otot, dan gangguan irama jantung.
- Mengonsumsi Kumis Kucing bersama obat penurun darah tinggi dapat menyebabkan hipotensi (tekanan darah terlalu rendah). Gejalanya seperti yang Anda sebut: pusing, pandangan kabur, lemas, pingsan, dan mual.
- Kumis Kucing diketahui dapat menurunkan kadar gula darah. Penggunaannya bersamaan dengan obat diabetes (baik insulin maupun oral) berisiko menyebabkan hipoglikemia (gula darah terlalu rendah), dengan gejala seperti gemetar, keringat dingin, kebingungan, dan bahkan pingsan.
- Kumis Kucing menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan lithium melalui urine. Hal ini menyebabkan penumpukan (akumulasi) lithium dalam darah hingga mencapai tingkat yang beracun. Keracunan lithium adalah kondisi serius yang gejalanya meliputi tremor, kebingungan, diare, muntah, dan gangguan ginjal.
2. Kondisi Kesehatan Tertentu (Pre-existing Conditions)
Beberapa kelompok orang dengan kondisi tertentu perlu ekstra hati-hati:
- Meski dikenal baik untuk ginjal, pada individu dengan fungsi ginjal yang sudah sangat menurun (gagal ginjal stadium lanjut), penggunaan diuretik herbal harus sangat diawasi oleh dokter.
- Individu yang sudah memiliki kadar kalium atau natrium rendah sebaiknya menghindari konsumsi Kumis Kucing tanpa pengawasan medis karena dapat memperparah kondisi.
- Ibu Hamil dan Menyusui tidak dianjurkan karena belum ada penelitian yang cukup untuk memastikan keamanannya bagi janin atau bayi yang disusui.
- IKumis Kucing dapat mempengaruhi tekanan darah dan kadar gula darah selama dan setelah pembedahan. Disarankan untuk menghentikan konsumsi setidaknya 2 minggu sebelum jadwal operasi.
3. Efek Samping Langsung
Selain interaksi, konsumsi yang tidak tepat dapat menimbulkan efek samping langsung:
- Efek diuretik yang terlalu kuat dapat menyebabkan tubuh kehilangan terlalu banyak cairan jika asupan air tidak cukup dijaga.
- Pada beberapa orang, konsumsi teh Kumis Kucing dapat menyebabkan sakit perut ringan atau mual.
Kumis Kucing adalah suplemen herbal pendukung, bukan pengganti pengobatan yang diresepkan dokter. Ikuti anjuran dosis dari praktisi kesehatan yang kamu percayai. Hindari konsumsi berlebihan atau dalam jangka waktu sangat panjang tanpa pengawasan.
Dengan memahami kedua sisi (manfaat dan risikonya), kita dapat memanfaatkan kekayaan alam seperti Kumis Kucing secara lebih bijak, efektif, dan yang terpenting, aman. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Ini Manfaat Bunga Telang dan Cara Mengonsumsinya
- 8 Manfaat Virgin Coconut Oil (VCO) untuk Kesehatan Kelamin
- 5 Manfaat Daun Salam dan Sereh sebagai Minuman Kesehatan
- Rahasia Vitalitas dengan 10 Manfaat Lengkuas Bagi Pria
- Efek Samping dan 19 Manfaat Daun Pepaya
Referensi
- Riyanti, S. (2023). POTENTIALS OF THE CAT’S WHISKER PLANTS (Orthosiphon aristatus) FOR KIDNEY HEALTH. https://doi.org/10.54052/jhds.v2n3.p387-404
- Faramayuda, F., Riyanti, S., Widyaswari, A. S., Alfahmi, Z., Jamal, S. S., Mariani, T. S., Elfahmi, E., & Sukrasno, S. (2022). Comparison of Polyphenol Levels of Callus and Wild Type of Cat’s Whiskers Plant ( Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) Purple Varieties. Journal of Applied Agricultural Science and Technology. https://doi.org/10.55043/jaast.v6i2.51
- Ahamed, M. B. K., Aisha, A. F. A., Nassar, Z. D., Siddiqui, J. M., Ismail, Z., Omari, S. M. S., Parish, C. R., & Shah Abdul Majid, A. M. (2012). Cat’s Whiskers Tea (Orthosiphon Stamineus) Extract Inhibits Growth of Colon Tumor in Nude Mice and Angiogenesis in Endothelial Cells via Suppressing VEGFR Phosphorylation. Nutrition and Cancer. https://doi.org/10.1080/01635581.2012.630160
- Myint, P. P. (2017). Anti-diabetic Potential of Some Myanmar Traditional Medicinal Plants. International Journal of Complementary and Alternative Medicine. https://doi.org/10.15406/IJCAM.2017.08.00252
- Faramayuda, F., & Mariani, T. S. (2022). Plant tissue culture of cat whiskers (Orthosiphon aristatus Blume Miq): A review of secondary metabolite production and micropropagation. Pharmacy Education. https://doi.org/10.46542/pe.2022.222.9297
- Sivakumar, C., & Jeganathan, K. (2018). Phytochemical profiling of cat whisker’s (Orthosiphon stamineus) tea leaves extract. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry.
- Hossain, M. A., & Nagooru, M. R. (2011). Biochemical profiling and total flavonoids contents of leaves crude extract of endemic medicinal plant Corydyline terminalis L. Kunth. Pharmacognosy Journal, 3(24), 25–30. https://doi.org/10.5530/pj.2011.24.5Â
- Mohamed, E. A. H., Siddiqui, M. J. A., Ang, L. F., Sadikun, A., Chan, S. H., Tan, S. C., Asmawi, M. Z., & Yam, M. F. (2012). Potent α-glucosidase and α-amylase inhibitory activities of standardized 50% ethanolic extracts and sinensetin from Orthosiphon stamineus Benth as anti-diabetic mechanism. BMC Complementary and Alternative Medicine, 12, 176. https://doi.org/10.1186/1472-6882-12-176
- Mohamed, E. A. H., Siddiqui, M. J. A., Ang, L. F., Sadikun, A., Chan, S. H., Tan, S. C., Asmawi, M. Z., & Yam, M. F. (2012). Potent α-glucosidase and α-amylase inhibitory activities of standardized 50% ethanolic extracts and sinensetin from Orthosiphon stamineus Benth as anti-diabetic mechanism. BMC Complementary and Alternative Medicine, 12(1), 176. https://doi.org/10.1186/1472-6882-12-176
- Sriplang, K., Adisakwattana, S., Rungsipipat, A., & Yibchok-Anun, S. (2007). Effects of Orthosiphon stamineus aqueous extract on plasma glucose concentration and lipid profile in normal and streptozotocin-induced diabetic rats. Journal of Ethnopharmacology, 109(3), 510–514. https://doi.org/10.1016/j.jep.2006.08.027




