Manfaat Kunyit putih, mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, siapa sangka, rempah yang satu ini memiliki segudang manfaat luar biasa untuk kesehatan tubuh kita. Kunyit putih (Curcuma zedoaria), atau sering disebut white ginger atau zedoary, merupakan tanaman herbal yang tumbuh subur di Asia, termasuk Indonesia. Senyawa aktif seperti kurkuminoid, terpenoid, flavonoid, minyak atsiri, dan zat antioksidan lain menjadikannya subjek menarik bagi penelitian ilmiah modern.
Rempah ini memiliki ciri khas berupa warna yang lebih terang dan rasa yang lebih pahit jika dibandingkan dengan kunyit kuning yang lebih umum dikenal. Namun, jangan anggap remeh kunyit putih ini, karena kandungan di dalamnya mampu memberikan berbagai manfaat kesehatan yang luar biasa.
Manfaat Kunyit Putih untuk Kesehatan
Berikut ini ragam manfaat kunyit putih untuk kesehatan yang didukung dari beberapa sumber ilmiah.
1. Mencegah Diabetes
Kandungan kurkumin dalam kunyit putih bekerja dengan dua cara. Pertama, sifat antioksidannya melawan stres oksidatif yang merusak sel-sel pankreas dan mengganggu produksi insulin. Kedua, sifat antiinflamasinya mengurangi peradangan kronis yang merupakan akar dari resistensi insulin, dimana sel-sel tubuh tidak merespons insulin dengan baik.
Dengan meningkatkan sensitivitas insulin, tubuh dapat lebih efisien menggunakan gula darah untuk energi, sehingga mencegah kenaikan gula darah yang drastis dan penumpukan lemak.
Meskipun menjanjikan, sebagian besar penelitian masih terbatas pada studi hewan dan laboratorium. Diperlukan uji klinis pada manusia untuk memastikan dosis dan efektivitasnya.
2. Mengatasi Infeksi
Minyak atsiri dan ekstrak etanol dari kunyit putih telah menunjukkan kemampuan yang mengesankan dalam menghambat pertumbuhan berbagai patogen. Efektif melawan bakteri seperti Staphylococcus aureus (penyebab infeksi kulit), Escherichia coli (penyebab keracunan makanan), dan Corynebacterium. Jerman efektif dalam melawan jamur seperti Candida albicans. Potensi ini tidak hanya untuk konsumsi internal tetapi juga untuk aplikasi topikal sebagai salep untuk mengobati infeksi kulit dan luka.
3. Mengatasi Gangguan Pencernaan (Anti-Ulcer)
Kunyit putih adalah karminatif alami, yaitu zat yang membantu mengusir gas dari usus. Ia juga bekerja sebagai antispasmodic yang merilekskan otot-otot saluran pencernaan.
Sangat efektif untuk meredakan gejala dispepsia, termasuk perut kembung, begah, kram perut, dan mual. Ekstraknya juga terbukti dapat mengurangi keasaman lambung dan melindungi dinding lambung dari erosi, sehingga berpotensi mencegah tukak lambung.
4. Potensi sebagai Antikanker
Manfaat ini dikaitkan dengan senyawa seperti kurkumin dan etanol ekstrak yang dapat menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker. Mereka memicu produksi protein caspase, “pasukan bunuh diri” alami sel. Penelitian in vitro dan pada hewan menunjukkan efektivitas terhadap sel kanker payudara, usus besar, ovarium, dan leukimia.
Ini bukan berarti kunyit putih adalah obat kanker. Ini merupakan penelitian yang sangat awal dan potensial. Pengobatan kanker harus tetap mengikuti anjuran medis profesional.
5. Meredakan Peradangan (Anti-Inflamasi)
Peradangan adalah respons alami tubuh, tetapi peradangan kronis adalah akar banyak penyakit. Senyawa dalam kunyit putih, seperti kurkumenol, menghambat enzim dan jalur sinyal (seperti COX-2 dan NF-κB) yang memicu respons peradangan.
Sangat bermanfaat bagi penderita kondisi inflamasi seperti rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan penyakit radang usus (IBD). Penggunaan topikalnya juga dapat membantu mengatasi jerawat inflamasi dan psoriasis.
6. Pereda Nyeri Haid yang Alami (Analgesik)
Nyeri haid (dismenore) disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang dipicu oleh hormon prostaglandin. Kunyit putih bekerja dengan dua cara: (1) sifat antiinflamasinya menekan produksi prostaglandin berlebih, dan (2) sifat analgesiknya mengintervensi sinyal nyeri yang dikirim ke otak. Menawarkan alternatif alami dari pereda nyeri sintetis seperti ibuprofen atau paracetamol bagi sebagian orang.
7. Menurunkan Demam (Antipiretik)
Ekstrak etanol dalam kunyit putih bekerja pada hipotalamus di otak yang mengatur suhu tubuh. Senyawa ini membantu menurunkan “set point” suhu tubuh yang meningkat saat demam, merangsang tubuh untuk berkeringat dan melebarkan pembuluh darah untuk melepaskan panas. Minyaknya juga dikenal sebagai repellent alami untuk nyamuk Aedes aegypti, memberikan perlindungan ganda dari demam berdarah.
8. Mengatasi Gangguan Gejala Asma
Asma ditandai dengan penyempitan dan peradangan saluran napas. Kunyit putih bertindak sebagai bronkodilator ringan dan ekspektoran. Sifat antiinflamasinya mengurangi pembengkakan di saluran napas. Sementara itu, ia membantu mengencerkan dahak (lendir) yang kental, membuatnya lebih mudah dikeluarkan sehingga jalan napas menjadi lebih lega.
9. Penawar Racun (Antivenom) dan Antialergi
Beberapa penelitian tradisional menyebutkan kemampuannya untuk menetralkan bisa ular, meskipun penelitian modern masih sangat terbatas dan tidak boleh diandalkan sebagai penawar pertama.
Senyawa kurkuminoid bekerja dengan menstabilkan membran sel mast, sel yang melepaskan histamin saat terjadi reaksi alergi. Dengan mencegah pelepasan histamin, gejala alergi seperti gatal, bersin, dan pembengkakan dapat dikurangi.
10. Mengatasi Alergi Makanan
Kandungan antioksidan dalam kunyit putih dapat membantu mengatasi alergi makanan dengan menghambat pertumbuhan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh.
11. Mencegah Degenerasi Mata
Antioksidan dalam kunyit putih (seperti flavonoid) melawan radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif pada lensa dan retina, yang dapat menyebabkan katarak dan degenerasi makula terkait usia (AMD). Sifat antiinflamasinya juga melindungi dari peradangan rendah yang merusak sel-sel mata.
12. Menurunkan Berat Badan
Kunyit putih membantu metabolisme lemak dan mencegah diferensiasi adiposit (pembentukan sel lemak baru). Kombinasi dengan asam jawa (yang kaya akan asam tartrat) dapat meningkatkan efek metabolik dan memberikan rasa kenyang yang lebih lama.
Kunyit putih dapat dikonsumsi dalam bentuk kapsul, serbuk, ekstrak, atau digunakan sebagai bahan tambahan dalam masakan. Namun, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi kunyit putih, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Baca juga:
- Buat Sendiri di Rumah dan Rasakan 12 Manfaat Jus Seledri
- Tips Memilih dan 15 Manfaat Jambu Biji Merah
- Penemuan Baru di Dunia Herbal, 10 Manfaat Kayu Bajakah
- Kandungan, Efek Samping dan 15 Manfaat Pare bagi Kesehatan
Referensi
- Abas, F., Lajis, N. H., Israf, D. A., Khozirah, S., & Umi Kalsom, Y. (2006). Antioxidant and nitric oxide inhibition activities of selected Malay traditional vegetables. Food Chemistry, *95*(4), 566–573. https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2005.01.034
- Choudhary, M., Kumar, V., Malhotra, H., & Singh, S. (2015). Medicinal plants with potential anti-arthritic activity. Journal of Intercultural Ethnopharmacology, *4*(2), 147–179. https://doi.org/10.5455/jice.20150313021918
- Lakshmi, S., Padmaja, G., & Remani, P. (2011). Antitumour effects of isocurcumenol isolated from Curcuma zedoaria rhizomes on human and murine cancer cells. International Journal of Medicinal Chemistry, *2011*, 253962. https://doi.org/10.1155/2011/253962
- Rahman, S., Salehin, F., & Iqbal, A. (2011). In vitro antioxidant and anticancer activity of young Zingiber officinale against human breast carcinoma cell lines. BMC Complementary and Alternative Medicine, *11*, 76. https://doi.org/10.1186/1472-6882-11-76
- Sasikumar, B. (2005). Genetic resources of Curcuma: diversity, characterization and utilization. Plant Genetic Resources, *3*(2), 230–251. https://doi.org/10.1079/PGR200574
- Singh, G., Kapoor, I. P. S., Singh, P., de Heluani, C. S., de Lampasona, M. P., & Catalan, C. A. N. (2010). Comparative study of chemical composition and antioxidant activity of fresh and dry rhizomes of turmeric (Curcuma longa Linn.). Food and Chemical Toxicology, *48*(4), 1026–1031. https://doi.org/10.1016/j.fct.2010.01.015
- Wilson, B., Abraham, G., Manju, V. S., Mathew, M., Vimala, B., Sundaresan, S., & Nambisan, B. (2005). Antimicrobial activity of Curcuma zedoaria and Curcuma malabarica tubers. Journal of Ethnopharmacology, *99*(1), 147–151. https://doi.org/10.1016/j.jep.2005.02.004
- Mayo Clinic. (2023, Sept 03). Triglycerides: Why do they matter? https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-cholesterol/in-depth/triglycerides/art-20048186
- Centers for Disease Control and Prevention. (2024, September 06). Malaria. https://www.cdc.gov/malaria/about/index.html