6 Kelebihan dan Kekurangan Intrusion Detection System (IDS)

Intrusion Detection System

Intrusion Detection System – Keamanan jaringan adalah salah satu aspek paling kritis dalam dunia digital saat ini. Dengan meningkatnya serangan siber, perusahaan dan individu membutuhkan sistem yang dapat mendeteksi ancaman sebelum mereka menyebabkan kerusakan. Intrusion Detection System (IDS) muncul sebagai salah satu solusi utama. Tapi seberapa efektif sebenarnya IDS? Apa keunggulannya, dan di mana letak kelemahannya?

Apa Itu Intrusion Detection System (IDS)?

Intrusion Detection System (IDS) adalah sistem yang dirancang untuk memonitor lalu lintas jaringan atau aktivitas sistem guna mendeteksi aktivitas mencurigakan atau upaya intrusi. IDS tidak mencegah serangan secara langsung, tugas itu ada pada Intrusion Prevention System (IPS) tetapi ia berfungsi sebagai “alarm” yang memberi tahu administrator ketika ada sesuatu yang tidak beres.

IDS bekerja dengan beberapa metode utama:

  • Signature-based detection (mendeteksi pola serangan yang sudah dikenal).
  • Anomaly-based detection (mengidentifikasi penyimpangan dari perilaku normal).
  • Hybrid approach (gabungan keduanya).

Sekarang, mari kita lihat kelebihan dan kekurangan IDS secara lebih rinci.

Kelebihan Intrusion Detection System (IDS)

Berikut ini enam kelebihan IDS.

1. Deteksi Ancaman Lebih Cepat

Kekuatan utama dari IDS karena kecepatan dan keakuratannya dalam mendeteksi aktivitas mencurigakan secara real-time. IDS bekerja dengan menganalisis lalu lintas jaringan atau aktivitas sistem secara terus-menerus untuk mencari pola yang mencurigakan, seperti pemindaian port, upaya login berulang (brute force), atau pengiriman file berbahaya. Proses ini sering kali dilakukan lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan pengawasan manual. Misalnya, ketika seorang hacker mencoba menebak password melalui brute force, IDS akan segera mencatat dan memberi tahu administrator sistem sebelum serangan tersebut berhasil mengakses sistem. Hal ini memungkinkan tim keamanan untuk segera mengambil langkah pencegahan sebelum terjadi kerusakan atau kebocoran data.

2. Meningkatkan Kesadaran Keamanan Jaringan

Intrusion Detection System berfungsi bukan hanya sebagai sistem peringatan dini, tetapi juga sebagai alat pembelajaran dan analisis untuk tim keamanan. Data dan log yang dihasilkan IDS memberikan wawasan tentang jenis ancaman yang dihadapi oleh organisasi, termasuk frekuensi, metode serangan, serta IP atau lokasi asal ancaman. Informasi ini sangat berguna dalam merumuskan kebijakan keamanan yang lebih baik, mengidentifikasi titik lemah sistem, dan melakukan penyesuaian infrastruktur untuk memperkuat pertahanan. Dengan adanya IDS, organisasi dapat membangun kesadaran keamanan siber secara menyeluruh di semua level, mulai dari tim IT hingga manajemen puncak.

3. Memenuhi Kepatuhan Regulasi

Dalam banyak sektor industri, seperti keuangan, kesehatan, dan e-commerce, penerapan sistem keamanan informasi bukan hanya pilihan tetapi keharusan hukum. Regulasi seperti PCI DSS, ISO 27001, HIPAA, dan GDPR menuntut adanya proses pemantauan, logging, dan audit keamanan yang jelas dan terdokumentasi. IDS secara otomatis menghasilkan log dan bukti aktivitas jaringan yang dapat dijadikan bagian dari laporan audit. Dengan demikian, IDS membantu perusahaan dalam memenuhi persyaratan hukum dan regulasi dengan lebih mudah, serta menghindari sanksi akibat ketidakpatuhan terhadap standar industri.

4. Mendeteksi Serangan Internal

Ancaman tidak selalu datang dari luar. Statistik menunjukkan bahwa serangan internal baik yang disengaja maupun tidak disengaja merupakan bagian signifikan dari insiden keamanan siber. Karyawan yang menyalahgunakan akses, perangkat yang terinfeksi malware, atau akun yang diretas dari dalam jaringan bisa menyebabkan kerusakan besar. IDS, khususnya tipe Host-based IDS (HIDS), dapat memantau aktivitas yang mencurigakan pada endpoint tertentu, seperti akses file penting, pengubahan konfigurasi sistem, atau penggunaan aplikasi yang tidak sah. Ini membuat IDS sangat berguna untuk mendeteksi dan mencegah aktivitas berbahaya dari dalam.

5. Fleksibilitas dalam Penerapan

Intrusion Detection System hadir dalam berbagai bentuk yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan skala organisasi:

  • Network-based IDS (NIDS): Ditempatkan di titik strategis dalam jaringan untuk memonitor lalu lintas antar perangkat. Cocok untuk organisasi dengan infrastruktur jaringan besar.
  • Host-based IDS (HIDS): Dipasang langsung pada server atau perangkat endpoint untuk menganalisis aktivitas sistem secara lokal. Ideal untuk melindungi aset kritis seperti database atau aplikasi server.
  • Cloud-based IDS: Dirancang khusus untuk lingkungan cloud, baik hybrid (gabungan lokal dan cloud) maupun full cloud. IDS ini dapat memantau aktivitas dalam platform seperti AWS, Azure, atau Google Cloud.

Fleksibilitas ini menjadikan IDS sebagai solusi keamanan yang scalable dan adaptif terhadap berbagai skenario bisnis, baik untuk UMKM maupun perusahaan besar dengan infrastruktur kompleks.

6. Integrasi dengan Sistem Keamanan Lain

Intrusion Detection System dapat diintegrasikan dengan berbagai sistem keamanan lainnya untuk menciptakan ekosistem pertahanan berlapis yang lebih kuat. Beberapa integrasi umum meliputi:

  • IDS dapat bekerja bersama firewall untuk secara otomatis memblokir IP atau lalu lintas yang mencurigakan berdasarkan deteksi IDS.
  • IDS mengirimkan log dan data ke SIEM (Security Information and Event Management) untuk analisis lebih lanjut, korelasi data lintas sumber, dan pelaporan insiden secara menyeluruh.
  • IDS sering dipasangkan dengan IPS (Intrusion Prevention System) agar deteksi bisa langsung diikuti dengan aksi, seperti memutus koneksi atau menolak paket berbahaya.

Kombinasi sistem ini menciptakan defense-in-depth yang memperkuat kemampuan deteksi, respons, dan pemulihan dari ancaman siber.

Kekurangan Intrusion Detection System (IDS)

Meskipun Intrusion Detection System (IDS) memiliki banyak keunggulan dalam meningkatkan keamanan jaringan, penggunaannya juga disertai sejumlah keterbatasan dan tantangan. Berikut ini adalah beberapa kekurangan IDS yang penting untuk dipahami sebelum mengadopsinya secara menyeluruh dalam infrastruktur TI organisasi.

1. Tingginya False Positives (Alarm Palsu)

Salah satu tantangan utama dalam penggunaan Intrusion Detection System adalah tingginya jumlah false positive, yaitu kondisi ketika sistem menandai aktivitas sah atau normal sebagai ancaman. Hal ini sering kali terjadi karena IDS tidak memiliki konteks penuh atas aktivitas yang terjadi dalam jaringan.

Contoh nyata: Seorang administrator jaringan melakukan pemindaian rutin untuk audit keamanan, namun IDS menafsirkan aktivitas tersebut sebagai port scanning berbahaya. Akibatnya, sistem menghasilkan peringatan yang sebenarnya tidak perlu. Dalam skala besar, hal ini bisa membuat tim keamanan kewalahan dengan banyaknya alarm palsu yang harus dianalisis satu per satu, berisiko menurunkan respons terhadap ancaman nyata karena kelelahan (alert fatigue).

2. Tidak Bisa Mencegah Serangan (Hanya Deteksi Saja)

Intrusion Detection System memiliki fungsi utama deteksi, bukan pencegahan. Artinya, meskipun IDS dapat mengidentifikasi adanya serangan atau aktivitas mencurigakan, sistem ini tidak secara otomatis menghentikan serangan tersebut. Tanpa integrasi dengan Intrusion Prevention System (IPS) atau firewall, IDS ibarat alarm mobil yang hanya berbunyi setelah pencuri sudah berada di dalam kendaraan, tetapi tidak melakukan tindakan untuk menghalau pencuri masuk sejak awal.

Oleh karena itu, Intrusion Detection System sebaiknya tidak digunakan sebagai satu-satunya alat keamanan, melainkan harus digabungkan dengan sistem yang mampu menindaklanjuti deteksi ancaman secara otomatis.

3. Keterbatasan dalam Mendeteksi Serangan Zero-Day

Intrusion Detection System yang berbasis signature atau pola (seperti antivirus tradisional) sangat bergantung pada database tanda tangan (signature database). Ini artinya, IDS hanya bisa mendeteksi ancaman yang sudah dikenali sebelumnya. Saat muncul serangan baru (zero-day attack) yang belum tercatat dalam sistem, IDS kemungkinan besar tidak akan mendeteksinya sama sekali.

Intrusion Detection System berbasis anomaly atau perilaku memang dapat mendeteksi aktivitas abnormal, namun metode ini juga tidak sempurna. Ia cenderung menghasilkan false positives yang tinggi dan bahkan bisa melewatkan ancaman sebenarnya (false negatives) jika perilaku serangan masih tergolong wajar menurut pola pembelajaran awalnya.

4. Performa Jaringan Bisa Terdampak

Pada sistem Network-based IDS (NIDS), IDS harus menganalisis setiap paket data yang melintasi jaringan. Di lingkungan jaringan dengan volume lalu lintas tinggi atau arsitektur yang kompleks, IDS dapat menjadi bottleneck dan menyebabkan penurunan performa jaringan secara keseluruhan.

Khususnya pada jaringan perusahaan besar, penggunaan Intrusion Detection System yang tidak dioptimalkan dapat mengakibatkan latensi, delay pada transmisi data, atau bahkan kehilangan paket data jika sistem IDS kewalahan memproses semua lalu lintas secara real-time.

5. Butuh Pemeliharaan Rutin dan Tenaga Ahli

Intrusion Detection System bukanlah sistem yang bisa dijalankan dengan prinsip “pasang dan lupakan”. Untuk menjaga efektivitasnya, IDS membutuhkan:

  • Pembaruan rutin terhadap signature dan aturan deteksi.
  • Tuning konfigurasi secara berkala untuk mengurangi jumlah false positive.
  • Monitoring dan analisis log secara konsisten.
  • Pelatihan dan edukasi kepada tim IT atau keamanan untuk menginterpretasikan laporan yang dihasilkan oleh IDS.

Tanpa pemeliharaan dan keterlibatan aktif dari tim keamanan, IDS justru bisa menjadi sumber kebingungan, laporan tidak relevan, dan pada akhirnya diabaikan. Hal ini akan menurunkan manfaat sebenarnya dari sistem tersebut.

6. Tidak Efektif pada Lalu Lintas Terenkripsi

Semakin banyak serangan siber yang menggunakan protokol terenkripsi seperti HTTPS (SSL/TLS) untuk menyamarkan lalu lintas berbahaya mereka. IDS tradisional tidak memiliki kemampuan untuk mendekripsi data ini, sehingga tidak dapat melihat isi sebenarnya dari lalu lintas tersebut.

Dengan kata lain, jika malware atau serangan berkomunikasi melalui saluran yang terenkripsi, IDS kemungkinan tidak dapat mendeteksi adanya ancaman tersebut. Solusinya adalah menggunakan teknologi tambahan seperti SSL decryption gateway atau inline decryption tools, namun ini pun menimbulkan tantangan baru, seperti:

  • Masalah privasi (data sensitif pengguna ikut terbuka).
  • Beban tambahan pada performa sistem.
  • Kompleksitas manajemen sertifikat dan konfigurasi.

Penutup

Bila ingin perlindungan maksimal, gabungkan Intrusion Detection System dengan firewall, IPS, dan solusi SIEM. Dengan pendekatan ini, kamu tidak hanya mendeteksi ancaman tetapi juga mencegah dan meresponsnya secara efektif.

Jadi, apakah Intrusion Detection System layak digunakan? Ya, tetapi hanya jika diimplementasikan dengan benar dan didukung oleh sistem keamanan lainnya. Tanpa itu, IDS bisa menjadi sekadar “alarm” yang terus berbunyi tanpa benar-benar melindungi.

Baca juga:

Referensi

  1. Bace, R. G. (2000). Intrusion detection. Indianapolis, IN: Macmillan Technical Publishing.
  2. Denning, D. E. (1987). An intrusion-detection model. IEEE Transactions on Software Engineering, 13(2), 222-232. https://doi.org/10.1109/TSE.1987.232894
  3. Gartner. (2021). Market guide for network detection and response. Gartner. https://www.gartner.com/en/documents/3999100
  4. Lunt, T. F. (1993). A survey of intrusion detection techniques. Computers & Security, 12(4), 405-418. https://doi.org/10.1016/0167-4048(93)90012-9
  5. Scarfone, K., & Mell, P. (2007). Guide to intrusion detection and prevention systems (IDPS) (NIST Special Publication 800-94). National Institute of Standards and Technology. https://doi.org/10.6028/NIST.SP.800-94
  6. Snort. (2023). Snort: The world’s most widely deployed IPS.
  7. Stallings, W., & Brown, L. (2018). Computer security: Principles and practice (4th ed.). Pearson.
  8. Viegas, E., Santin, A. O., & Oliveira, L. S. (2015). Toward a reliable anomaly-based intrusion detection in real-world environments. Computer Networks, 127, 200-216. https://doi.org/10.1016/j.comnet.2017.08.011
Please follow and like Bams:
Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
Scroll to Top