Buah Ciplukan: 11+ Manfaat untuk Kesehatan, dan Cara Konsumsi

Buah Ciplukan

Buah Ciplukan – Kita sering melupakan yang kecil. Terlalu sibuk mengejar yang besar-besar, yang tampak mentereng, sampai-sampai luput melihat keajaiban yang justru tersembunyi di balik hal-hal sederhana. Ini pula yang terjadi dengan ciplukan (Physalis peruviana). Tanaman liar yang dulu sering kita jumpai di kebun, pinggir sawah, atau semak belukar, dianggap sebagai gulma tak berguna. Anak-anak tahun 90-an mungkin masih ingat, memetiknya sembunyi-sembunyi lalu menyantapnya dengan girang. Rasanya yang manis kecut dan teksturnya yang unik menjadi kenangan manis masa kecil.

Tapi siapa sangka? Si mungil berkelopak yang sering dipandang sebelah mata ini ternyata menyimpan kekuatan luar biasa. Ilmu pengetahuan modern kini membuktikan apa yang telah lama diketahui oleh nenek moyang kita dalam pengobatan tradisional: ciplukan adalah harta karun nutrisi dan obat alami yang spektakuler. Dari meningkatkan imunitas hingga melawan sel kanker, manfaat ciplukan begitu luas dan mendalam.

Mengenal Si Buah Ciplukan (Golden Berry) dari Nusantara

.Tanaman ciplukan adalah herba tahunan yang tingginya bisa mencapai 1 meter. Buahnya terbungkus dalam kelopak berbentuk jantung yang menggelembung (seperti lampion) berwarna hijau dan menguning saat tua. Buahnya sendiri bulat, dengan diameter 1-2 cm, dan berwarna hijau ketika muda serta kuning-oranye keemasan saat matang sempurna. Inilah sebabnya ia dijuluki “golden berry” di banyak tempat.

Tekstur daging buahnya mirip tomat ceri, berair, dan memiliki banyak biji kecil yang dapat dimakan. Rasanya adalah perpaduan unik yang sulit dijelaskan: manis, sedikit masam, dan sering digambarkan seperti kombinasi stroberi, nanas, dan mangga. Rasa manisnya akan semakin dominan jika buah benar-benar matang di pohon.

Meski sekarang tumbuh liar di banyak wilayah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia, ciplukan diyakini berasal dari Amerika Selatan (Peru dan Chile). Ia adalah tanaman yang sangat adaptif dan bisa tumbuh di dataran rendah hingga menengah.

Ciplukan memiliki banyak nama daerah, seperti cecendet (Sunda), nyurnyuran (Madura), dan keceplokan (Bali). Dalam bahasa Inggris, selain golden berry, ia juga disebut Cape Gooseberry, though it’s not a true gooseberry.

Dulu, ciplukan mudah didapatkan secara gratis. Kini, seiring dengan terbuktinya manfaatnya, ia naik kelas. Kamu bisa menemukannya di supermarket-supermarket besar atau pasar swalayan dengan harga yang relatif mahal. Ia telah berubah dari tanaman liar menjadi komoditas kesehatan yang diburu.

Kandungan Nutrisi Buah Ciplukan

Berikut adalah komposisi gizi utama yang ditemukan dalam buah ciplukan segar per 100 gram

1. Makronutrien & Energi

  • Air (Water): 85.4 g
  • Energi (Energy): 53 kcal
  • Protein (Protein): 1.9 g
  • Lemak (Fat): 0.7 g
    • Asam Lemak Omega-6 (Linoleic Acid): 0.41 g
    • Asam Lemak Omega-9 (Oleic Acid): 0.16 g
  • Karbohidrat (Carbohydrate): 11.2 g
  • Serat Pangan (Dietary Fiber): 4.9 g
  • Abu (Ash): 1.0 g

2. Vitamin

  • Vitamin A: 720 IU (sebagian besar sebagai Beta-Karoten)
  • Vitamin C (Asam Askorbat): 11.0 – 43.0 mg
  • Vitamin B1 (Tiamin): 0.11 mg
  • Vitamin B2 (Riboflavin): 0.04 mg
  • Vitamin B3 (Niasin): 2.8 mg
  • Vitamin K (Filokuinon): 10.0 – 13.3 µg

3. Mineral

  • Kalsium (Ca): 9.0 mg
  • Besi (Fe): 1.0 mg
  • Fosfor (P): 40.0 mg
  • Kalium (K): 320 – 390 mg
  • Natrium (Na): 1.0 mg
  • Seng (Zn): 0.2 mg

4. Senyawa Bioaktif (Antioksidan dan Fitokimia)

  • Polifenol (Total): ≥ 300 mg GAE (Gallic Acid Equivalent)
  • Karotenoid (Total): 3.5 – 7.5 mg
    • Beta-Karoten (Pro-Vitamin A): 1.6 – 3.2 mg
    • Lutein & Zeaxanthin: ≥ 100 µg
  • Withanolides:
    • Physalin A, B, D, F, G
    • Withanolide E, S
  • Flavonoid:
    • Quercetin
    • Kaempferol
    • Myricetin
  • Asam Organik:
    • Asam Sitrat
    • Asam Malat
  • Fitosterol: ≥ 50 mg (terutama Beta-Sitosterol)

Nilai-nilai di atas adalah perkiraan rata-rata. Kandungan nutrisi aktual dalam buah Ciplukan dapat sangat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti:

  • Buah yang matang sempurna memiliki kandungan gula dan karotenoid yang lebih tinggi.
  • Terdapat beberapa kultivar dengan profil nutrisi yang sedikit berbeda.
  • Faktor seperti ketinggian, sinar matahari, dan komposisi tanah mempengaruhi akumulasi nutrisi dan senyawa bioaktif.
  • Teknik laboratorium yang berbeda dapat menghasilkan nilai yang sedikit berbeda.

Manfaat Buah Ciplukan untuk Kesehatan

Manfaat ciplukan bukan sekadar mitos. Banyak yang telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah modern, sementara yang lain merupakan warisan turun-temurun yang masih memerlukan studi lebih lanjut. Berikut adalah rangkuman khasiat ciplukan:

1. Meningkatkan Imunitas

Kombinasi Vitamin C dosis tinggi dan polifenol menciptakan sinergi yang sempurna untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh. Vitamin C merangsang produksi dan fungsi sel darah putih (limfosit dan fagosit), yang merupakan tentara tubuh yang melawan patogen. Sementara itu, polifenol mengurangi peradangan kronis yang dapat melemahkan respons imun. Mengonsumsi ciplukan secara rutin, terutama saat musim hujan atau pergantian musim, dapat menjadi tameng alami dari flu, batuk, dan infeksi umum lainnya.

2. Menunjang Kesehatan dan Kepadatan Tulang

Vitamin K dalam ciplukan adalah regulator utama kalsium. Ia mengaktifkan protein osteocalcin yang bertugas “menanam” kalsium ke dalam matriks tulang. Tanpa Vitamin K yang cukup, kalsium yang Anda konsumsi mungkin tidak termanfaatkan dengan optimal untuk tulang, bahkan bisa mengendap di tempat yang salah seperti pembuluh darah. Ditambah dengan kandungan kalsium dan fosfornya, ciplukan adalah paket lengkap untuk mencegah osteoporosis di usia lanjut.

3. Menjaga Kesehatan Mata dari Degenerasi

Dalam dunia yang semakin dipenuhi oleh layar digital, mata kita terus-menerus terpapar cahaya biru yang merusak. Lutein dan zeaxanthin dalam ciplukan secara selektif terkumpul di makula (bagian retina yang bertanggung jawab untuk penglihatan sentral yang tajam). Mereka menyaring cahaya biru yang berbahaya dan menetralisir radikal bebas yang disebabkan oleh paparan cahaya tersebut. Asupan kedua karotenoid ini secara teratur terbukti secara ilmiah dapat menurunkan risiko Degenerasi Makula terkait Usia (AMD) dan katarak, penyebab utama kebutaan di usia tua.

4. Mencegah Anemia

Anemia defisiensi besi adalah masalah global, terutama di kalangan wanita dan anak-anak. Gejalanya meliputi kelelahan ekstrem, pucat, sesak napas, dan pusing. Zat besi dalam ciplukan, yang dibantu oleh Vitamin C untuk penyerapan yang lebih optimal, merupakan bahan baku utama untuk memproduksi hemoglobin. Mengonsumsi ciplukan dapat menjadi strategi diet yang smart dan alami untuk menjaga kadar hemoglobin tetap normal dan mencegah anemia.

5. Berpotensial Mencegah Sel Kanker

Senyawa withanolides dan fisalin dalam ciplukan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam studi in vitro (di lab) dan pada hewan terhadap berbagai jenis sel kanker, termasuk kanker payudara, usus besar, dan paru-paru. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan beberapa mekanisme:

  • Menginduksi Apoptosis: Memerintahkan sel kanker untuk bunuh diri secara terprogram.
  • Menghambat Angiogenesis: Mencegah pembentukan pembuluh darah baru yang memberi makan tumor.
  • Menghambat Metastasis: Mencegah penyebaran sel kanker ke bagian tubuh lainnya.

Penting untuk dicatat: Sebagian besar penelitian masih dalam tahap awal. Ciplukan bukanlah obat kanker yang berdiri sendiri, tetapi ia bisa menjadi bagian dari diet pencegahan kanker yang sangat kuat berkat profil antioksidannya yang luar biasa.

6. Anti-Inflamasi (Peradangan)

Peradangan kronis adalah akar dari hampir semua penyakit modern, dari penyakit jantung, arthritis, hingga Alzheimer. Senyawa polifenol dalam ciplukan, seperti quercetin dan kaempferol, memiliki efek anti-inflamasi yang kuat. Mereka bekerja dengan menghambat produksi enzim dan sitokin (seperti COX-2 dan TNF-alpha) yang memicu respons peradangan dalam tubuh. Mengonsumsi makanan kaya antioksidan seperti ciplukan adalah cara cerdas untuk meredakan “kebakaran” dalam tubuh secara alami.

7. Mengelola Diabetes

Bagi penderita diabetes atau pra-diabetes, mengelola kadar gula darah adalah prioritas. Ciplukan menawarkan beberapa mekanisme:

  • Kandungan seratnya membantu memperlambat pencernaan dan penyerapan gula sederhana dari makanan lain, mencegah lonjakan gula darah yang tajam.
  • Senyawa tertentu dalam ciplukan diduga dapat meningkatkan sensitivitas insulin, hormon yang mengatur gula darah.
    Meski demikian, penderita diabetes harus tetap berkonsultasi dengan dokter dan tidak menggantikan pengobatan dengan ciplukan.

8. Menurunkan Kolesterol

Kombinasi fitosterol, serat, dan antioksidan menjadikan ciplukan sebagai teman bagi jantung. Fitosterol secara struktur mirip dengan kolesterol dan bersaing untuk diserap di usus, sehingga dapat menurunkan penyerapan kolesterol LDL (jahat). Antioksidan melindungi kolesterol LDL dari oksidasi (proses yang membuatnya benar-benar berbahaya dan memicu plak di arteri). Selain itu, kalium membantu mengatur tekanan darah.

9. Detoksifikasi dan Melindungi Organ Hati & Ginjal

Hati adalah organ detoksifikasi utama kita. Setiap hari, ia menyaring racun dari darah. Ciplukan memiliki sifat hepatoprotektif, artinya ia melindungi hati dari kerusakan. Senyawa antioksidannya membantu menetralkan racun sebelum membebani hati. Studi pada hewan yang diberikan bahan kimia perusak hati menunjukkan bahwa pemberian ekstrak ciplukan dapat secara signifikan menurunkan kadar enzim hati (seperti SGOT dan SGPT) yang merupakan penanda kerusakan sel hati.

Sama seperti hati, ginjal juga berperan penting dalam menyaring limbah dari darah. Antioksidan dalam ciplukan membantu melindungi sel-sel ginjal dari stres oksidatif. Selain itu, ciplukan juga memiliki sifat diuretik ringan yang membantu melancarkan buang air kecil, sehingga membantu membilas kelebihan garam, asam urat, dan racun dari tubuh.

10. Penambah Kesehatan Pencernaan

Kandungan serat yang baik dalam ciplukan membantu melancarkan buang air besar, mencegah sembelit, dan menjadi makanan bagi bakteri baik (probiotik) di usus besar. Usus yang sehat adalah fondasi dari kesehatan seluruh tubuh.

11. Sumber Energi

Kandungan vitamin B kompleks (seperti B1, B2, B3) dalam ciplukan memainkan peran kunci dalam mengubah makanan yang kita makan menjadi energi yang dapat digunakan tubuh. Jika Anda sering merasa lesu dan tidak bertenaga, bisa jadi Anda kekurangan vitamin B. Ciplukan bisa menjadi camilan sehat yang memberikan energi berkelanjutan, berbeda dengan gula rafinasi yang memberikan energi instan tapi cepat drop.

Selain buahnya, daun dan batang ciplukan juga digunakan dalam pengobatan tradisional untuk:

  • Mengobati kurap (dengan daun yang dioleskan).
  • Mengatasi nyeri sendi dan rematik (kompres daun).
  • Meningkatkan kinerja saluran kemih dan sebagai diuretik.
  • Menyembuhkan penyakit kuning.
  • Menghilangkan kuning pada bayi baru lahir (dipakai untuk memandikan).
  • Sebagai penambah darah (minum air rebusan batang).
  • Mengobati kanker payudara (pengobatan tradisional dengan menempelkan ramuan).

Peringatan Penting: Manfaat-manfaat tradisional ini terutama berdasarkan pengalaman empiris. Efektivitas dan keamanannya secara ilmiah masih perlu penelitian lebih mendalam. Selalu berhati-hati dan konsultasikan dengan ahli herbal atau dokter sebelum menggunakan bagian tanaman selain buah.

Bagian yang Sering Terlewat: Kelopak (Husk) dan Daun Ciplukan

Selama ini kita hanya fokus pada buahnya. Ternyata, bagian lain tanaman ini juga menyimpan potensi.

1. Manfaat Kelopak (Husk)

Penelitian mulai mengalihkan perhatian pada kelopak ciplukan, yang biasanya dibuang. Ekstrak kelopaknya menunjukkan kandungan antioksidan yang sangat tinggi, bahkan dalam beberapa hal lebih tinggi daripada buahnya sendiri! Ia memiliki potensi besar untuk dijadikan suplemen atau bahan pangan fungsional.

2. Manfaat Daun Ciplukan

Daun ciplukan secara tradisional digunakan untuk pengobatan luar (kompres, boreh) dan dalam (rebusan). Ia mengandung senyawa anti-inflamasi dan anti-microba. Namun, penggunaannya harus lebih berhati-hati karena konsentrasi senyawa tertentu mungkin lebih tinggi dan berpotensi menyebabkan efek samping jika tidak digunakan dengan benar.

Cara Memilih, Membersihkan, dan Mengonsumsi Ciplukan

Memilih Buah ciplukan yang matang dan manis:

  • Pilih yang berwarna kuning atau oranye keemasan cerah. Hindari yang masih hijau (mentah) atau memiliki bintik coklat besar (terlalu matang/rusak).
  • Kelopaknya yang seperti kertas harus berwarna coklat kering dan terbuka sebagian. Kelopak yang masih hijau dan tertutup rapat menandakan buahnya masih sangat muda.
  • Buahnya harus terasa padat dan kenyal saat disentuh, tidak lembek.

Membersihkan dengan benar:

  • Kupas dan buang kelopak luarnya.
  • Letakkan buahnya dalam saringan.
  • Cuci di bawah air mengalir yang lembut sambil digosok-gosok secara perlahan untuk menghilangkan kotoran atau debu yang menempel. Karena dimakan dengan kulitnya, pencucian harus teliti.
  • Tepuk-tepuk hingga kering dengan tissue atau kain bersih.

Cara Menikmati buah ciplukan:

  • Langsung dimakan.
  • Dibuat jus atau smoothie.
  • Topping untuk salad buah/sayur, yoghurt, atau granola.
  • Pencuci mulut (dicelup coklat).
  • Diolah menjadi saus untuk daging/ikan atau selai.
  • Dikeringkan.

Peringatan Penting

Sehebat apapun suatu bahan alami, selalu ada potensi efek samping jika tidak digunakan dengan bijak.

  • Ciplukan yang masih hijau dan mentah mengandung solanin, alkaloid yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti kram perut dan diare. Selalu tunggu hingga benar-benar matang.
  • Bila memiliki kondisi kesehatan khusus (seperti diabetes, penyakit ginjal, atau autoimun), sedang hamil/menyusui, atau sedang mengonsumsi obat pengencer darah (karena kandungan vitamin K-nya), sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsinya dalam jumlah besar secara rutin.

Jadi, lain kali kamu melihat ciplukan, jangan lagi menganggapnya sebagai gulma. Lihatlah ia sebagai apoteker alami yang mungil, siap memberikan segala kekuatannya untuk kesehatan dan vitalitas tubuh. Mulailah memasukkan si “golden berry” ini ke menu makan kamu dan rasakan sendiri keajaiban yang ditawarkannya.

Baca juga:

Referensi

  1. Puente, L. A., Pinto-Muñoz, C. A., Castro, E. S., & Cortés, M. (2011). Physalis peruviana Linnaeus, the multiple properties of a highly functional fruit: A review. Food Research International, 44(7), 1733–1740. https://doi.org/10.1016/j.foodres.2010.09.034
  2. Kasali, F. M., Kadima, J. N., Peter, E. L., Mtewa, A. G., Ajayi, C. O., Tusiimire, J., & Agaba, A. G. (2021). Ethnotherapeutic uses and phytochemical composition of Physalis peruviana L.: An overview. The Scientific World Journal, 2021, Article 5212348. https://doi.org/10.1155/2021/5212348
  3. Arenas, P. M., & Kamienkowski, N. M. (2013). Ethnobotany of the genus Physalis L. (Solanaceae) in the South American Gran Chaco. Candollea, *68*(2), 251–266. https://doi.org/10.15553/c2012v682a9
  4. Mier-Giraldo, H., Díaz-Barrera, L. E., Delgado-Murcia, L. G., Valero-Valdivieso, M. F., & Cáez-Ramírez, G. (2017). Cytotoxic and immunomodulatory potential activity of Physalis peruviana fruit extracts on cervical cancer (HeLa) and fibroblast (L929) cells. *Journal of Evidence-Based Complementary & Alternative Medicine, 22*(4), 777–787. https://doi.org/10.1177/2156587217718751
  5. Franco, L. A., Matiz, G. E., Calle, J., Pinzón, R., & Ospina, L. F. (2007). Actividad antinflamatoria de extractos y fracciones obtenidas de cálices de Physalis peruviana L. Biomedica, *27*(1), 110–115. https://doi.org/10.7705/biomedica.v27i1.237
  6. Hassanien, M. F. R. (2011). Physalis peruviana: A rich source of bioactive phytochemicals for functional foods and pharmaceuticals. Food Reviews International, *27*(3), 259–273. https://doi.org/10.1080/87559129.2011.563391
  7. Puente, L. A., Pinto-Muñoz, C. A., Castro, E. S., & Cortés, M. (2011). Physalis peruviana Linnaeus, the multiple properties of a highly functional fruit: A review. Food Research International, *44*(7), 1733–1740. https://doi.org/10.1016/j.foodres.2010.09.034
  8. Wu, S.-J., Chang, S.-P., Lin, D.-L., Wang, S.-S., Hou, F.-F., & Ng, L.-T. (2009). Supercritical carbon dioxide extract of Physalis peruviana induced cell cycle arrest and apoptosis in human lung cancer H661 cells. Food and Chemical Toxicology, *47*(6), 1132–1138. https://doi.org/10.1016/j.fct.2009.01.044
  9. Yen, C.-Y., Chiu, C.-C., Chang, F.-R., Chen, J.-Y., Hwang, C.-C., Hseu, Y.-C., Yang, H.-L., Lee, A.-Y., Tsai, M.-T., Guo, Z.-L., Cheng, Y.-S., Liu, Y.-C., Lan, Y.-H., Chang, Y.-C., Ko, Y.-C., Chang, H.-W., & Wu, Y.-C. (2010). 4β-Hydroxywithanolide E from Physalis peruviana (golden berry) inhibits growth of human lung cancer cells through DNA damage, apoptosis and G2/M arrest. BMC Cancer, *10*, 46. https://doi.org/10.1186/1471-2407-10-46
  10. USDA FoodData Central. (2019). Gooseberries, raw. U.S. Department of Agriculture. https://fdc.nal.usda.gov/fdc-app.html#/food-details/173044/nutrients
  11. Groves, M. (2023, June 17). What are golden berries? Everything you need to know. Healthline. https://www.healthline.com/nutrition/golden-berries
Scroll to Top