Manfaat Cold Chain Logistics dan Tantangannya

Cold chain logistics

Cold Chain Logistics – Dalam era modern ini, kebutuhan akan produk segar dan berkualitas tinggi semakin meningkat. Mulai dari makanan segar seperti buah, sayuran, daging, dan ikan, hingga produk farmasi seperti vaksin dan obat-obatan, semuanya memerlukan penanganan khusus agar tetap segar dan aman dikonsumsi. Namun, bagaimana caranya produk-produk ini bisa sampai ke tangan konsumen dalam kondisi terbaik, terutama jika harus menempuh jarak yang jauh? Jawabannya adalah Cold Chain Logistics atau logistik rantai dingin.

Cold chain logistics bukan sekadar sistem pengiriman biasa. Ini adalah sebuah proses yang melibatkan teknologi canggih dan manajemen yang ketat untuk memastikan produk-produk yang sensitif terhadap suhu tetap terjaga kualitasnya dari awal hingga akhir perjalanan.

Apa Itu Cold Chain Logistics?

Cold chain logistics adalah sistem transportasi dan penyimpanan yang dirancang khusus untuk menjaga produk-produk yang sensitif terhadap suhu dalam kondisi optimal. Sistem ini menggunakan teknologi pendingin untuk memastikan suhu dan kelembapan tetap stabil selama proses pengiriman dan penyimpanan. Produk-produk yang memerlukan cold chain logistics biasanya adalah barang-barang yang mudah rusak (perishable) atau membutuhkan perhatian khusus, seperti makanan segar, obat-obatan, vaksin, dan bahan kimia tertentu.

Sederhananya, cold chain logistics adalah “rantai dingin” yang menjaga produk tetap segar dan aman dari titik awal produksi hingga sampai ke tangan konsumen. Jika salah satu mata rantai ini terputus atau tidak berfungsi dengan baik, kualitas produk bisa menurun, bahkan rusak.

Mengapa Cold Chain Logistics Penting?

Bayangkan kamu membeli buah segar dari supermarket. Buah tersebut mungkin telah menempuh perjalanan jauh dari ladang petani di daerah lain sebelum akhirnya tiba di rak tempat Anda menemukannya. Meskipun telah melewati berbagai tahap distribusi, buah itu tetap terlihat segar, lezat, dan siap dikonsumsi. Keajaiban ini terjadi berkat sistem cold chain logistics, yaitu rantai pasokan berpendingin yang menjaga suhu produk tetap stabil sejak dipanen hingga sampai ke tangan konsumen. Tanpa sistem ini, buah-buahan, daging, susu, dan produk segar lainnya mungkin sudah membusuk atau kehilangan kualitasnya sebelum sempat dijual.

Cold chain logistics bukan hanya sekadar alat untuk menjaga kesegaran produk, tetapi juga merupakan sistem vital yang mendukung berbagai industri. Beberapa sektor yang sangat bergantung pada rantai pasokan berpendingin meliputi:

1. Industri Makanan

Produk seperti daging, ikan, susu, buah, dan sayuran sangat rentan terhadap perubahan suhu. Jika suhu penyimpanan tidak terjaga, makanan bisa cepat membusuk, berkembangnya bakteri bisa meningkat, dan nilai gizinya bisa berkurang. Dengan cold chain logistics, bahan makanan dapat tetap segar, berkualitas tinggi, dan aman dikonsumsi hingga mencapai pelanggan.

2. Industri Farmasi

Obat-obatan dan vaksin sering kali memerlukan penyimpanan pada suhu tertentu agar tetap efektif. Misalnya, vaksin COVID-19 jenis tertentu membutuhkan suhu penyimpanan ultra dingin untuk mencegah degradasi bahan aktifnya. Tanpa cold chain logistics yang andal, vaksin bisa kehilangan efektivitasnya sebelum diberikan kepada pasien, yang bisa berdampak serius pada kesehatan masyarakat.

3. Industri Kimia

Banyak bahan kimia bersifat sensitif terhadap suhu dan bisa mengalami perubahan sifat jika disimpan dalam kondisi yang tidak sesuai. Contohnya, beberapa reagen laboratorium atau bahan industri memerlukan suhu rendah agar tetap stabil dan tidak bereaksi sebelum digunakan. Cold chain logistics memastikan bahan-bahan ini tetap dalam kondisi optimal selama transportasi dan penyimpanan.

4. Industri Kosmetik

Produk kecantikan seperti krim perawatan kulit, masker wajah, atau serum sering mengandung bahan aktif yang bisa rusak jika terkena panas berlebih. Cold chain logistics membantu menjaga stabilitas dan kualitas produk kosmetik sehingga tetap memberikan manfaat maksimal bagi pengguna.

    Bagaimana Cold Chain Logistics Bekerja?

    Cold chain logistics melibatkan serangkaian proses yang saling terkait untuk memastikan bahwa produk tetap dalam kondisi optimal sejak awal produksi hingga sampai ke tangan konsumen. Sistem ini sangat penting bagi produk yang mudah rusak, seperti makanan segar, obat-obatan, dan bahan kimia sensitif. Setiap tahap dalam cold chain logistics harus dikelola dengan baik agar kualitas produk tetap terjaga. Berikut ini tahapan utama dalam sistem cold chain logistics:

    1. Produksi dan Penyimpanan Awal

    Setelah produk diproduksi atau dipanen, produk tersebut harus segera disimpan dalam lingkungan yang memiliki suhu terkontrol. Misalnya:

    • Buah dan sayuran segar memerlukan suhu penyimpanan sekitar 0-10°C untuk mencegah pembusukan dan memperpanjang masa simpan.
    • Daging dan produk susu seperti keju dan yogurt biasanya disimpan pada suhu 2-4°C untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
    • Vaksin dan obat-obatan tertentu memerlukan penyimpanan di bawah suhu -20°C agar tetap efektif.

    Cold storage atau gudang berpendingin berperan penting dalam tahap ini untuk memastikan bahwa produk tidak mengalami perubahan kualitas sebelum memasuki tahap berikutnya.

    2. Pengemasan yang Tepat

    Agar produk tetap berada dalam suhu yang ideal selama pengiriman, diperlukan metode pengemasan yang sesuai. Beberapa teknik pengemasan dalam cold chain logistics meliputi:

    • Penggunaan es kering (dry ice) untuk menjaga suhu ultra rendah, biasanya digunakan untuk vaksin dan produk farmasi.
    • Paket gel pendingin (gel packs) yang dapat membantu mempertahankan suhu stabil dalam jangka waktu tertentu, sering digunakan untuk produk makanan dan farmasi.
    • Pelat pendingin eutektik (eutectic plates) yang berfungsi sebagai pendingin pasif, sangat berguna untuk transportasi jarak pendek.
    • Bahan isolasi termal seperti Styrofoam atau kontainer vakum yang dapat mengurangi fluktuasi suhu selama pengiriman.

    Dengan pengemasan yang tepat, risiko kerusakan akibat suhu ekstrem atau perubahan lingkungan dapat diminimalkan.

    3. Transportasi dengan Kendaraan Berpendingin

    Setelah dikemas dengan baik, produk harus diangkut menggunakan kendaraan berpendingin untuk menjaga suhu tetap stabil selama perjalanan. Beberapa jenis transportasi yang umum digunakan dalam cold chain logistics adalah:

    • Truk reefer (refrigerated truck), yang dilengkapi dengan sistem pendingin otomatis untuk menjaga suhu tetap konstan.
    • Kapal kargo berpendingin, yang digunakan untuk pengiriman dalam skala besar ke berbagai negara.
    • Pesawat kargo berpendingin, yang digunakan untuk produk dengan masa simpan sangat pendek, seperti vaksin atau bahan makanan segar berkualitas premium.

    Suhu di dalam kendaraan ini harus terus dipantau menggunakan sensor dan sistem pemantauan real-time untuk mencegah gangguan yang bisa merusak produk selama pengiriman.

    4. Penyimpanan di Gudang Tujuan

    Setibanya di tujuan, produk tidak langsung didistribusikan, tetapi terlebih dahulu disimpan di gudang berpendingin sebelum dikirim ke retailer atau konsumen akhir. Tahap ini bertujuan untuk:

    • Menyesuaikan suhu produk sebelum didistribusikan ke titik akhir.
    • Memastikan ketersediaan stok yang cukup sebelum dikirim ke supermarket, apotek, atau pusat distribusi lainnya.
    • Melakukan pemeriksaan kualitas sebelum produk diterima oleh pihak berikutnya dalam rantai pasokan.

    Cold storage di gudang tujuan harus memiliki sistem yang sama ketatnya dengan tempat penyimpanan awal untuk menghindari kerusakan produk akibat perubahan suhu mendadak.

    5. Distribusi ke Konsumen

    Tahap terakhir dalam cold chain logistics adalah distribusi ke toko ritel, supermarket, apotek, atau langsung ke konsumen. Pada tahap ini, produk masih memerlukan perlindungan terhadap perubahan suhu, terutama jika jarak tempuh masih cukup jauh. Beberapa metode yang digunakan dalam tahap distribusi adalah:

    • Penggunaan kendaraan kecil berpendingin untuk pengiriman ke toko-toko atau restoran dalam kota.
    • Layanan pengiriman cepat untuk produk farmasi dan makanan yang memerlukan waktu transit minimal.
    • Kemasan khusus untuk e-commerce yang mengirim produk makanan segar langsung ke pelanggan, sering kali menggunakan pendingin portabel atau paket es gel.

    Agar cold chain logistics tetap efisien, perlu ada koordinasi yang baik antara semua pihak yang terlibat, mulai dari produsen hingga distributor dan pengecer. Dengan sistem yang terkelola dengan baik, konsumen dapat menerima produk dengan kualitas terbaik, tanpa kehilangan kesegarannya atau mengalami degradasi yang bisa berisiko bagi kesehatan.

    Teknologi yang Digunakan dalam Cold Chain Logistics

    Cold chain logistics mengandalkan berbagai teknologi canggih untuk memastikan bahwa suhu produk tetap stabil selama proses pengiriman dan penyimpanan. Dengan adanya inovasi dalam teknologi pendinginan dan pemantauan, rantai pasokan produk sensitif suhu dapat berjalan lebih efisien dan andal. Berikut adalah beberapa teknologi utama yang digunakan dalam cold chain logistics:

    1. Cold Storage (Gudang Berpendingin)

    Cold storage merupakan gudang berpendingin yang dilengkapi dengan sistem kontrol suhu dan kelembapan untuk menyimpan produk dengan kondisi optimal. Beberapa fitur utama dalam cold storage meliputi:

    • Sistem pendingin otomatis yang menjaga suhu tetap konstan sesuai kebutuhan produk.
    • Kontrol kelembapan untuk mencegah kondensasi atau pengeringan yang dapat merusak produk.
    • Penyimpanan berjenjang yang memisahkan produk berdasarkan kebutuhan suhu tertentu, misalnya zona beku untuk daging dan zona dingin untuk sayuran segar.

    Cold storage biasanya digunakan di pusat distribusi, pabrik makanan, dan fasilitas farmasi untuk menjaga stabilitas produk sebelum didistribusikan lebih lanjut.

    2. Reefers (Refrigerated Trucks)

    Reefer adalah kendaraan berpendingin, seperti truk atau kontainer berpendingin, yang dirancang khusus untuk mengangkut produk yang membutuhkan suhu terkontrol. Beberapa fitur penting pada reefer meliputi:

    • Sistem pendingin internal yang dapat dikontrol berdasarkan jenis produk yang diangkut.
    • Pemantauan suhu secara real-time untuk memastikan bahwa tidak ada fluktuasi suhu selama perjalanan.
    • Isolasi termal yang kuat agar suhu di dalam kendaraan tetap stabil meskipun kondisi cuaca di luar berubah drastis.

    Reefer digunakan untuk transportasi jarak jauh maupun jarak dekat, seperti pengiriman makanan segar, obat-obatan, dan bahan kimia sensitif.

    3. Es Kering (Dry Ice)

    Es kering adalah karbon dioksida beku yang sering digunakan untuk menjaga suhu ultra-rendah selama pengiriman. Teknologi ini sangat efektif karena:

    • Memiliki suhu -78,5°C, sehingga dapat menjaga produk tetap beku dalam waktu lama.
    • Tidak mencair seperti es biasa, melainkan langsung berubah menjadi gas (sublimasi), sehingga tidak meninggalkan residu air yang dapat merusak produk.
    • Sering digunakan untuk pengiriman vaksin, bahan biologis, dan makanan beku dalam perjalanan yang jauh.

    Penggunaan es kering sangat umum dalam industri farmasi dan medis, terutama dalam distribusi vaksin COVID-19 yang membutuhkan suhu sangat rendah.

    4. Paket Gel (Gel Packs)

    Paket gel adalah pendingin fleksibel yang sering digunakan dalam pengiriman produk farmasi, makanan segar, dan medis. Keunggulan paket gel meliputi:

    • Dapat mempertahankan suhu stabil selama beberapa jam hingga beberapa hari.
    • Lebih ringan dibandingkan es kering, sehingga mengurangi biaya pengiriman.
    • Aman digunakan untuk produk makanan dan farmasi karena tidak mengandung bahan berbahaya.

    Paket gel biasanya ditempatkan di dalam kotak isolasi termal untuk memastikan suhu tetap stabil sepanjang perjalanan.

    5. Eutectic Plates (Pelat Pendingin Eutektik)

    Eutectic plates adalah pelat pendingin yang dapat digunakan kembali berkali-kali setelah dibekukan sebelumnya. Teknologi ini memiliki keunggulan seperti:

    • Dapat digunakan dalam transportasi tanpa listrik, cocok untuk distribusi lokal atau pengiriman jarak pendek.
    • Mempertahankan suhu konstan lebih lama dibandingkan paket gel biasa.
    • Lebih ramah lingkungan dibandingkan es kering karena dapat digunakan kembali.

    Pelat pendingin ini sering digunakan dalam transportasi makanan segar dan produk farmasi dalam skala kecil hingga menengah.

    6. Nitrogen Cair

    Nitrogen cair digunakan untuk mengawetkan produk biologis yang memerlukan suhu ultra-rendah, seperti:

    • Organ dan jaringan untuk transplantasi yang harus tetap hidup hingga mencapai penerima.
    • Sampel biologis seperti darah dan sel punca yang digunakan dalam penelitian medis dan terapi regeneratif.
    • Makanan beku berkualitas premium, seperti seafood segar yang dikirim ke luar negeri.

    Dengan suhu sekitar -196°C, nitrogen cair sangat efektif dalam menjaga produk biologis tetap dalam kondisi optimal.

    7. Sistem IoT (Internet of Things) dalam Cold Chain Logistics

    Teknologi Internet of Things (IoT) telah mengubah cara cold chain logistics dikelola dengan memungkinkan pemantauan suhu dan kelembapan secara real-time. Beberapa fitur utama IoT dalam cold chain logistics meliputi:

    • Sensor suhu dan kelembapan yang dipasang di dalam gudang, truk, atau kontainer pengiriman.
    • Sistem pemantauan berbasis cloud yang memungkinkan perusahaan melacak kondisi produk dari mana saja.
    • Peringatan otomatis (alerts) jika terjadi perubahan suhu yang berisiko merusak produk, sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan.

    Dengan sistem IoT, perusahaan dapat menghindari kerugian akibat kerusakan produk dan memastikan bahwa standar kualitas tetap terjaga sepanjang rantai distribusi.

    Manfaat Cold Chain Logistics

    Cold chain logistics memberikan manfaat yang luas, tidak hanya bagi produsen dan distributor, tetapi juga bagi konsumen. Dengan menjaga suhu produk tetap stabil sepanjang rantai pasokan, sistem ini memastikan bahwa produk yang sampai ke tangan konsumen dalam kondisi optimal. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari cold chain logistics:

    1. Mempertahankan Kualitas Produk

    Salah satu manfaat terbesar dari cold chain logistics adalah kemampuannya untuk menjaga kualitas produk dari awal hingga akhir distribusi. Produk yang memerlukan suhu terkontrol, seperti makanan segar, obat-obatan, dan bahan kimia, dapat tetap dalam kondisi terbaiknya karena:

    • Mencegah degradasi nutrisi dalam buah, sayur, susu, dan daging.
    • Menghindari perubahan tekstur dan rasa pada produk makanan yang sensitif terhadap suhu.
    • Menjaga efektivitas obat dan vaksin, sehingga tetap aman digunakan oleh pasien.

    Tanpa sistem cold chain logistics yang baik, produk-produk ini bisa mengalami perubahan kualitas, seperti daging yang cepat membusuk, sayuran yang layu, atau obat-obatan yang kehilangan efektivitasnya.

    2. Memperpanjang Masa Simpan Produk

    Suhu yang terkendali dapat memperlambat proses pembusukan dan menjaga produk tetap layak konsumsi atau penggunaan lebih lama. Hal ini sangat penting terutama bagi industri makanan dan farmasi, di mana masa simpan yang lebih lama berarti:

    • Mengurangi frekuensi restock di toko dan supermarket, sehingga lebih efisien dalam pengelolaan stok.
    • Memungkinkan distribusi produk ke wilayah yang lebih luas, termasuk daerah terpencil atau luar negeri.
    • Mengurangi risiko produk kadaluarsa di gudang atau rak toko, yang dapat menyebabkan kerugian besar bagi bisnis.

    Dengan masa simpan yang lebih lama, baik produsen maupun konsumen dapat merasakan manfaat berupa penghematan biaya dan peningkatan efisiensi.

    3. Meningkatkan Keamanan Konsumen

    Cold chain logistics berperan penting dalam mencegah pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit. Produk seperti daging, ikan, susu, dan obat-obatan sangat rentan terhadap kontaminasi jika tidak disimpan dalam suhu yang sesuai. Dengan adanya sistem cold chain yang baik, konsumen mendapatkan jaminan bahwa:

    • Produk makanan bebas dari bakteri patogen seperti Salmonella atau Listeria.
    • Obat-obatan dan vaksin tetap steril dan efektif, sehingga tidak membahayakan kesehatan pasien.
    • Kosmetik dan produk perawatan kulit tetap aman, tanpa mengalami perubahan komposisi yang dapat menimbulkan reaksi negatif pada kulit.

    Tanpa cold chain logistics, risiko kesehatan bagi konsumen meningkat secara signifikan, karena produk dapat mengalami kontaminasi yang tidak terlihat secara kasat mata.

    4. Mengurangi Pemborosan dan Kerusakan Produk

    Pemborosan makanan dan produk sensitif suhu menjadi masalah global yang signifikan. Cold chain logistics membantu mengurangi pemborosan dengan cara:

    • Mencegah produk rusak selama transportasi, terutama dalam perjalanan jarak jauh.
    • Mengurangi jumlah produk yang harus dibuang karena penurunan kualitas akibat paparan suhu yang tidak sesuai.
    • Meningkatkan efisiensi supply chain, sehingga produk dapat dikirim dan diterima dalam kondisi prima.

    Bagi produsen dan distributor, ini berarti pengurangan biaya operasional, sementara bagi konsumen, ini berarti harga produk yang lebih stabil karena tidak ada lonjakan harga akibat kelangkaan barang.

    5. Meningkatkan Kepuasan Pelanggan

    Ketika produk yang diterima konsumen dalam kondisi segar, aman, dan berkualitas tinggi, kepuasan pelanggan otomatis meningkat. Hal ini memiliki dampak positif bagi bisnis karena:

    • Konsumen lebih loyal terhadap merek atau toko yang menyediakan produk berkualitas baik.
    • Penjualan meningkat karena kepercayaan pelanggan yang lebih tinggi terhadap produk yang mereka beli.
    • Reputasi perusahaan atau merek semakin baik, yang berkontribusi terhadap keberlanjutan bisnis.

    Pelanggan yang puas cenderung melakukan pembelian berulang dan merekomendasikan produk atau layanan kepada orang lain, yang pada akhirnya menguntungkan seluruh rantai pasokan.

    Tantangan dalam Cold Chain Logistics

    Meskipun cold chain logistics memiliki banyak manfaat, sistem ini juga menghadapi berbagai tantangan, seperti:

    1. Biaya yang Tinggi

    Salah satu hambatan terbesar dalam cold chain logistics adalah tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan sistem ini. Biaya tinggi ini berasal dari berbagai aspek, seperti:

    • Investasi dalam teknologi pendingin seperti gudang berpendingin (cold storage), kendaraan reefer (refrigerated trucks), dan sistem pemantauan suhu berbasis IoT.
    • Konsumsi energi yang besar, karena sistem pendingin harus beroperasi 24/7 untuk menjaga suhu produk tetap stabil.
    • Biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan, yang harus dilakukan secara berkala untuk memastikan sistem tetap berjalan optimal.
    • Sumber daya manusia yang terlatih, karena operasional cold chain logistics memerlukan tenaga kerja yang memiliki pemahaman khusus tentang manajemen suhu dan penanganan produk sensitif.

    Dampaknya, harga produk yang melalui cold chain logistics seringkali lebih mahal dibandingkan produk yang tidak memerlukan sistem ini, yang dapat mempengaruhi daya beli konsumen.

    2. Keterbatasan Infrastruktur

    Cold chain logistics sangat bergantung pada infrastruktur yang memadai, seperti cold storage, transportasi berpendingin, dan fasilitas distribusi yang dapat menjaga suhu tetap stabil. Namun, tidak semua wilayah memiliki infrastruktur yang mendukung, terutama di daerah terpencil atau negara berkembang. Beberapa tantangan yang berkaitan dengan infrastruktur meliputi:

    • Kurangnya cold storage di daerah pedesaan, yang membuat produk harus diangkut dalam jarak jauh sebelum mendapatkan fasilitas pendinginan.
    • Keterbatasan akses ke transportasi berpendingin, yang membuat produk rentan terhadap fluktuasi suhu selama perjalanan.
    • Masalah daya listrik, terutama di daerah yang sering mengalami pemadaman listrik, yang dapat mengganggu operasional cold storage dan sistem pendingin lainnya.

    Dampaknya, produk yang berasal dari daerah terpencil atau harus melewati jalur distribusi yang kurang berkembang memiliki risiko lebih tinggi mengalami kerusakan sebelum sampai ke tangan konsumen.

    3. Keterlambatan Pengiriman

    Cold chain logistics sangat bergantung pada ketepatan waktu dalam pengiriman. Keterlambatan pengiriman dapat menyebabkan suhu produk berubah dan menurunkan kualitasnya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman meliputi:

    • Kemacetan lalu lintas, terutama di kota-kota besar, yang dapat memperpanjang waktu perjalanan kendaraan berpendingin.
    • Cuaca buruk, seperti badai, banjir, atau salju, yang dapat menghambat perjalanan truk, kapal, atau pesawat pengangkut barang.
    • Masalah teknis pada kendaraan berpendingin, seperti kerusakan mesin pendingin atau gangguan pada sistem pemantauan suhu.
    • Hambatan di bea cukai dan regulasi ekspor/impor, yang dapat memperlambat proses pengiriman produk antar negara.

    Dampaknya, jika terjadi keterlambatan dalam pengiriman, produk seperti daging, susu, atau obat-obatan bisa mengalami perubahan kualitas atau bahkan menjadi tidak layak konsumsi, yang berakibat pada pemborosan dan kerugian besar bagi produsen dan distributor.


    4. Kesalahan Manajemen dalam Pengemasan dan Pemantauan Suhu

    Cold chain logistics membutuhkan manajemen yang ketat untuk memastikan bahwa setiap produk dikemas dengan benar dan suhu tetap stabil sepanjang proses distribusi. Namun, kesalahan dalam pengemasan dan pemantauan suhu bisa menyebabkan produk mengalami kerusakan sebelum sampai ke tujuan. Tantangan ini meliputi:

    • Pengemasan yang tidak sesuai, seperti penggunaan bahan isolasi yang kurang efektif atau ketidakmampuan menjaga suhu selama perjalanan.
    • Fluktuasi suhu selama transportasi, yang dapat terjadi jika sensor pemantauan suhu tidak berfungsi atau jika kendaraan berpendingin mengalami masalah teknis.
    • Kurangnya pemantauan real-time, yang membuat operator tidak dapat langsung mengambil tindakan jika terjadi perubahan suhu yang drastis.
    • Ketidaksesuaian standar penyimpanan antar negara, yang dapat menyebabkan produk harus mengalami proses penyesuaian suhu yang bisa merusak kualitasnya.

    Dampaknya, kesalahan dalam manajemen ini bisa menyebabkan produk tidak layak dikonsumsi, menurunkan kepercayaan pelanggan, serta meningkatkan jumlah produk yang harus dibuang.

    Dengan memahami pentingnya cold chain logistics, kita bisa lebih menghargai proses panjang yang dilakukan untuk membawa produk segar dan berkualitas ke meja makan kita. Jadi, kamu menikmati buah segar atau menggunakan obat yang efektif, ingatlah bahwa ada sistem logistik canggih di baliknya yang bekerja keras untuk menjaga kualitas produk tersebut.

    Baca juga:

    Referensi

    1. Ahumada, O., & Villalobos, J. R. (2009). Application of planning models in the agri-food supply chain: A review. European Journal of Operational Research, 196(1), 1-20. https://doi.org/10.1016/j.ejor.2008.02.014
    2. Bourlakis, M. A., & Weightman, P. W. H. (Eds.). (2004). Food supply chain management. Blackwell Publishing.
    3. Jedermann, R., Nicometo, M., Uysal, I., & Lang, W. (2014). Reducing food losses by intelligent food logistics. Philosophical Transactions of the Royal Society A: Mathematical, Physical and Engineering Sciences, 372(2017), 20130302. https://doi.org/10.1098/rsta.2013.0302
    4. Kuo, J.-C., & Chen, M.-C. (2010). Developing an advanced multi-temperature joint distribution system for the food cold chain. Food Control, 21(4), 559-566. https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2009.08.010
    5. Meneghetti, A., & Monti, L. (2015). Greening the food supply chain: An optimisation model for sustainable design of refrigerated automated warehouses. International Journal of Production Research, 53(21), 6567-6587. https://doi.org/10.1080/00207543.2015.1005761
    6. Salin, V. (2010). Information technology in cold chain logistics. In W. B. Carlson (Ed.), Innovations in food logistics (pp. 123-140). Nova Science Publishers.
    7. Shashi, S., Cerchione, R., Singh, R., & Centobelli, P. (2018). Cold chain logistics: A framework for sustainable development. Journal of Cleaner Production, 204, 744-754. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.08.321
    8. Singh, R. K., & Kumar, P. (2020). Cold chain logistics: Challenges and opportunities in the food industry. In P. Kumar & R. K. Singh (Eds.), Sustainable food supply chains: Planning, design, and control through interdisciplinary methodologies (pp. 145-160). Academic Press.
    9. Tassou, S. A., De-Lille, G., & Ge, Y. T. (2009). Food transport refrigeration – Approaches to reduce energy consumption and environmental impacts of road transport. Applied Thermal Engineering, 29(8-9), 1467-1477. https://doi.org/10.1016/j.applthermaleng.2008.06.027
    10. Zhang, X., & Huang, G. Q. (2013). Game-theoretic approach to simultaneous configuration of platform products and supply chains. International Journal of Production Economics, 144(2), 572-584. https://doi.org/10.1016/j.ijpe.2013.04.011
    11. Allied Market Research. (2022). Indonesia cold chain logistics market by business type, end-use industry, product, and technology: Indonesia opportunity analysis and industry forecast, 2022–2031. https://www.alliedmarketresearch.com
    Please follow and like Bams:
    Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
    Scroll to Top